Pontianak (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan mikroba yang mampu menaikkan kadar keasaman lahan gambut sehingga mengurangi kebutuhan pupuk hingga 30 persen dan mencegah pembakaran lahan oleh petani. Direktur Pusat Teknologi Bioindustri BPPT, Dr Koesnandar di Pontianak, Kamis, mengatakan, penelitian terhadap mikroba tersebut dilakukan selama dua tahun sebelum dikembangbiakkan dan diujicobakan di lahan gambut di seputar Kota Pontianak. Permasalahan utama dalam mengolah lahan gambut untuk ditanami adalah kadar keasaman (pH) yang rendah, dengan kisaran 3,8 sampai 4,5. Idealnya, agar tanaman dapat tumbuh baik, lahan tersebut memiliki pH 6. Selama ini, petani menggunakan cara membakar, memberi abu dan kapur di lahan gambut yang akan ditanami untuk menaikkan pH tersebut. "Mikroba yang sudah diujicobakan BPPT ini mampu menaikkan pH tanpa harus menggunakan cara-cara sebelumnya," kata Koesnandar. Proses inkubasi untuk mendapatkan mikroba tersebut dilakukan selama enam pekan di dua sentra pertanian di seputar Kota Pontianak, yakni Siantan (Kota Pontianak) dan Rasau Jaya (Kabupaten Kubu Raya). Kemudian, mikroba yang dihasilkan digunakan untuk lahan yang ditanami jagung dan lidah buaya. Hasilnya, menurut Koesnandar, dalam kurun waktu 50 hari terlihat bahwa jagung dan lidah buaya tumbuh lebih baik dibanding tidak menggunakan mikroba. "Bahkan untuk di Rasau Jaya, penggunaan pupuk dapat dikurangi 30 persen dari biasa digunakan petani," kata Koesnandar. Peneliti dari sejumlah negara anggota ASEAN seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Filipina, Thailand, serta Cina, mengunjungi Kalbar selama dua hari 12 - 13 November untuk melihat hasil penggunaan mikroba di lahan gambut. "Di negara-negara lain pengelolaan lahan gambut ada yang menggunakan mikoriza. Tapi untuk mikroba, baru Indonesia yang menggunakannya," kata dia. Dalam waktu dekat, BPPT akan mengajukan hak paten. Sedangkan pengembangannya dapat diterapkan langsung oleh petani-petani di lahan gambut. Ia juga mengingatkan pentingnya pengaturan hidrologi di kawasan gambut untuk menjaga kualitas lahan. Kepala Dinas Pertanian Kalbar Hazairin mengatakan, temuan BPPT tersebut dapat menyelesaikan ikutan dalam pengelolaan pertanian di lahan gambut. "Misalnya pembakaran lahan yang menimbulkan kabut asap, dan mengurangi biaya produksi petani," kata Hazairin. Ia mengharapkan, teknologi baru itu dapat diaplikaskan secara mudah, murah dan cepat oleh petani di Kalbar. Petani lahan gambut umumnya menggunakan pupuk urea sebanyak 200 - 300 kilogram per hektare. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008