New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak jatuh pada Rabu waktu setempat, setelah berita tentang membengkaknya persediaan AS menghidupkan kembali kekhawatiran pasar tentang lemahnya permintaan di konsumen energi terbesar dunia.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, turun 3,88 dolar AS, atau hampir 6,0 persen, menjadi ditutup pada 63,35 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September merosot 3,35 dolar AS menjadi menetap pada 66,53 dolar AS per barel.

"Sebuah tumbuh besar daripada sebuah kecil jelas menyeret `bearish` (lesu,-red.)," kata Hussein Allidina dari Morgan Stanley Research, memberikan komentar laporan mingguan minyak AS terbaru.

Acuan kontrak berjangka New York sudah berada di bawah tekanan dalam pembukaan perdagangan, menukik setelah laporan Departemen Energi (DOE) mengejutkan pasar.

DOE mengatakan bahwa persediaan minyak mentah AS melonjak 5,1 juta barel pada minggu yang berakhir 24 Juli.

Sebagian besar analis telah memperkirakan penurunan 1,2 juta barel dan peningkatan besar menyoroti lemahnya permintaan di Amerika Serikat yang terpukul resesi terburuk.

"Itu berdampak siginifikan," kata John Kilduff dari MF Global.

Setelah menurun tujuh pekan berturut-turut, kembalinya ke kenaikan persediaan minyak mentah, seperti yang terjadi pada musim semi, akan "menghalangi kenaikan lebih lanjut" harga minyak, katanya.

Menggaris bawahi melemahnya permintaan AS, DOE mengatakan bahwa konsumsi jatuh 4,1 persen selama empat pekan lalu dibandingkan dengan periode yang sama pada 2008.

Ia juga melaporkan cadangan bensin turun 2,3 juta barel, walaupun diperkirakan turun 100.000 barel.

Kilduff mengatakan bahwa aksi ambil untung mungkin telah menjemput, setelah perusahaan riset swasta Conference Board melaporkan keyakinan konsumen AS jatuh untuk yang kedua bulan pada Juli di tengah kekhawatiran tentang pasar kerja.

"Data mengecewakan pada sentimen konsumen kemarin, tampaknya bekerja dengan cara masuk ke dalam pemikiran bahwa mungkin memakan waktu untuk mengambil beberapa keuntungan," katanya.

Pasar minyak juga diperlemah oleh jatuhnya pasar saham China, kata para analis. China adalah konsumen energi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Pasar saham China jatuh 5,00 persen pada Rabu, karena para investor mengumpulkan keuntungan di seluruh pasar setelah kenaikan baru-baru ini, dengan pengembang properti memimpin penurunan, kata dealer.

Analis Sucden, Nimit Khamar mengatakan, tindakan pasar di China melemahkan nafsu terhadap risiko (risk appetite) dan menyulut kekhawatiran berlanjutnya pasar di tingkat saat ini, khususnya pasar minyak."

"Minyak mentah berjangka merosot setelah pasar saham China turun tajam," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009