Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Nanan Soekarna menyatakan, jenazah tersangka teroris yang tewas saat penyergapan di Temanggung, Jawa Tengah, adalah Ibrohim alias Boim (37), bukan Noordin M Top, buronan berbagai kasus terosime selama sembilan tahun terakhir ini.

Pernyataan itu disampaikan Nanan Soekarna dalam jumpa pers di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu, bersama dengan Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri (Pusdokkes) Brigjen Pol Edy Saparwoko.

Nanan menegaskan, Polri selama ini tidak pernah menyebutkan identitas jenazah itu, sebelum mendapatkan data yang pasti.

"Ibrohim memiliki peran yang sangat dominan dalam ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Mega Kuningan," katanya.

Menurut Nanan, peran Ibrohim itu antara lain melakukan survei, memasukkan bom ke dalam hotel dan menyimpan bom di kamar 1808 Hotel Marriott.

Sementara itu, Kapusdokkes Brigjen Pol Edy Saparwoko mengatakan, Polri telah melakukan uji DNA jenazah di Temanggung dengan sampel keluarga yang diambil dari keluarga Noordin M Top di Johor Baru, Malaysia, dan sampel dari keluarga lain yang ada di Cilacap dan Klaten, namun hasilnya tidak identik.

Menurut dia, untuk mengetahui identitas Ibrohim, Polri telah melakukan uji DNA dengan kedua anak Ibrohim, satu laki-laki dan satu perempuan, dan hasilnya ternyata identik seratus persen.

Sementara itu, terkait dengan peran Ibrohim yang bekerja sebagai penata bunga di Hotel JW Marriott, Kadiv Humas Polri Irjen Po Nanan Soekarna mengatakan, pada 8 Juli 2009 Ibrohim melakukan survei lokasi bersama dengan tersangka lain yakni Nana Ichwan Maulana, selaku pelaku bom bunuh diri, dan pada 16 Juli Ibrohim memasukkan bom ke dalam hotel.

Nanan Soekarna menjelaskan, bom itu diangkut dengan mobil boks yang biasa dipakai untuk mengangkut barang ke hotel itu dan diturunkan di tempat penurunan barang di belakang hotel. Agar tidak dicurigai, Ibrohim mengangkut sendiri bom yang dibungkus dalam kardus dari atas mobil ke kamar 1808 Hotel Marriott.

"Jadi pada tanggal 17 Juli, ketika tersangka pelaku bom bunuh diri Dani Dwi Permana melewati pintu pemeriksaan di depan dan tertangkap kamera, ia memang tidak membawa apa-apa, sehingga tidak ada kelalaian dari penjaga yang berada di depan hotel," kata Nanan.

Namun, lanjutnya, justru ada kelemahan pengamanan di tempat penurunan barang sehingga hal ini menjadi perhatian para pengelola hotel.

Dalam kasus ledakan bom Mega Kuningan, Polri telah menahan tiga tersangka lain yakni Aris dan Hendra, warga Temanggung yang berperan sebagai kurir dan menyembunyikan Noordin M Top maupun Ibrohim, serta Amir Abdilah yang tertangkap di Jakarta Utara, berperan sebagai penyedia rumah dan ikut merencanakan peledakan bom di Jati Asih.

Sedangkan tersangka yang tewas yakni Air Setiawan dan Eko Djoko, warga Solo, tertembak di Jati Asih. Keduanya ikut berperan membantu perakitan bom.

Dua pelaku bom bunuh diri yang tewas di lokasi ledakan bom Dani Permana warga perumahan Telaga Kahuripan, Bogor, sebagai pelaku bom bunuh diri Hotel Marriott. Sedangkan Nana Ichwan Maulana, warga Pandeglang, Banten, sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz-Carlton.

Nanan mengatakan bahwa Yayan yang ditangkap di Jakarta Utara tidak terlibat dalam ledakan bom Mega Kuningan itu, tetapi telah direkrut sebagai pelaku bom bunuh diri untuk aksi berikutnya.

Sedangkan Muhjahri, pemilik rumah di Temanggung, diserahkan ke Polda Jawa Tengah untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Menurut Nanan, Noordin M Top dalam peristiwa ledakan bom itu adalah aktor utama kendati tidak terlibat langsung di lapangan karena dia yang merencanakan dan memotivasi tersangka lain untuk beraksi.

"Selain itu, masih ada tiga tersangka lain yang masih buron," kata Nanan tanpa menyebut identitas buronan yang dimaksud. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009