Pekanbaru (ANTARA News) -Tim peneliti Pusat Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan artefak berupa alat batu dari masa Pleistosen di daerah aliran sungai (DAS) Sungai Sengingi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

"Temuan ini membuktikan bahwa ada kehidupan prasejarah di wilayah Provinsi Riau," kata Ketua tim peneliti Dr. Widya Nayati kepada ANTARA di Pekanbaru, Kamis.

Alat batu yang ditemukan antara lain kapak penetak, perimbas, serut, serpih dan batu inti yang merupakan bahan dasar pembuatan alat serut dan serpih.

Tim peneliti juga menemukan beberapa fosil kayu yang diprakirakan berusia lebih tua dari alat-alat batu itu sehingga bisa disimpulkan Riau telah dihuni sejak masa prasejarah antara 10.000-40.000 SM.

Namun, hingga kini peneliti belum menemukan fosil manusia pendukungnya.

"Berdasarkan persamaan temuan budaya paleolitiknya, maka diduga manusia pendukung alat batu yang ditemukan di Riau adalah Homo Sapiens atau Pithecantropus seperti yang pernah ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah," ujarnya.

Widya menjelaskan, penemuan ini tidak disengaja karena sebenarnya tim peneliti sedang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Riau untuk penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kebudayaan Melayu.

Mereka melakukan survei pertama pada Juni 2009 dimana ditengarai ada nisan dari fosil kayu di Taluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.

Dari penelusuran, secara geologis ditemukan teras-teras sungai purba pada masa Pleistosen yang endapannya mengandung material bahan untuk pembuatan alat litik di sekitar daerah Logas.

Sungai purba tersebut diperkirakan adalah Sungai Indragiri kuno dan memiliki tiga teras. Teras sungai purba kini telah menjadi perbukitan, permukiman dan jalan, serta DAS Sungai Sengingi.

Survei permukaan di anak sungai Indragiri kuno pada Juni menemukan sebuah kapak penetak setinggi 12 centimeter (cm), lebar sembilan cm, dan tebal lima cm.

"Selanjutnya kami terus menemukan alat batu dan fosil kayu pada radius 10 kilometer di Logas," ujarnya.

Ia mengatakan penemuan bukti kehidupan prasejarah yang pertama di Riau tersebut membuktikan ada kehidupan lebih tua di Riau yang selama ini selalu mengacu pada penemuan Candi Muara Takus bercirii Budha di Kambupaten Kampar sebagai titik poinnya.

Bukti keberadaan permukiman zaman paleolitik di Sumatera selama ini hanya ditemukan di dua tempat, yaitu daerah Lahat, Sumatera Selatan dan Kalianda, Lampung.

"Penemuan ini akan sangat berguna bagi arkeologi Indonesia, Asia Tenggara, bahkan untuk dunia," ujarnya.

Arkeolog Agus Trihascahyo mengatakan, penemuan alat batu tersebut tidak begitu sulit karena cukup melakukan penggalian sekitar 15 centimeter hingga dua meter di DAS Sengingi.

Menurut dia, alat batu tersebut memiliki kekerasan tujuh skala mosh. Untuk perbandingan, batu berlian mempunyai kekerasan 10 skala mosch.

Alat batu itu disebut artefak prasejarah berdasarkan sejumlah titik pukul yang menunjukkan ciri pemangkasan dalam pembuatan kapak purba. Selain itu, terdapat pula bekas pemakaian (retus) pada sisi tajam kapak yang menunjukkan bahwa alat batu tersebut pernah digunakan oleh manusia purba.

"Meski begitu, kami masih memerlukan analisis detail untuk menentukan kepastian umur alat-alat batu," katanya.

Analisis detail akan dilakukan di Yogyakarta dan kemungkinan dipublikasan hasilnya sekitar tiga minggu mendatang, sementara hak paten penemuan akan menjadi milik UGM dan Pemerintah Provinsi Riau. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009