London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak naik pada Selasa waktu setempat, seiring dengan menguatnya pasar saham dan karena kekuatan badai Hurricane Bill di Samudera Atlantik meningkat, walaupun masih jauh dari fasilitas produksi minyak AS di Teluk Meksiko.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, naik 1,75 dolar AS menjadi 68,50 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober melompat 1,36 dolar AS menjadi 71,91 dolar AS pada akhir perdagangan sore di London.

"Harga minyak meningkat karena pasar ekuitas berbalik naik kembali dan setelah Hurricane Bill, badai topan pertama dari musim 2009, dengan cepat berkembang menjadi topan kategori 2," kata anlis Sucden, Nimit Khamar.

"Hurricane Bill menuju arah Bermuda dan pantai timur AS sehingga tidak mengancam instalasi minyak dan gas di Teluk Meksiko dan akan mungkin menjadi faktor-faktor yang menyebabkan harga lebih tinggi - terutama kecukupan stok energi."

Pasar saham global pada Selasa naik kuat, dengan investor menahan nafas setelah sengit melakukan aksi jual pada hari sebelumnya, yang telah menyulut berbagai macam kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.

Pasar menyambut berita bahwa keyakinan investor Jerman meningkat pada Agustus, menurut sebuah survei ZEW, kurang dari satu bulan setelah data menunjukkan ekonomi Eropa terbesar itu muncul dari resesi ekonomi lebih cepat dari yang diperkirakan.

Hurricane Bill - yang pertama di musim badai Atlantik - mencapai kekuatan kategori 2 pada Senin sore, dengan kecepatan angin sekitar 100 mil (160 kilometer) per jam, kata pemprediksi AS.

Pada 0300 GMT Selasa, topan berlokasi 865 mil (1395 kilometer) dari timur Lesser Antilles, mengocok barat-barat laut ke arah daratan AS pada kecepatan 17 mil (28 kilometer) per jam, kata Pusat Badai Nasional.

"Penambahan kekuatan diperkirakan berlangsung selama 48 jam berikutnya," kata kantor yang berbasis di Miami, berpotensi membuat Bill "sebuah topan utama" pada Rabu.

Harga minyak mentah merosot pada Senin, memperpanjang penurunan tajam pekan lalu, seiring dengan jatuhnya pasar saham di tengah kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi AS akan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan.

Pasar minyak "dilanda aksi jual cukup berat dalam beberapa hari terakhir," kata Ben Westmore, seorang ekonom energi dan mineral National Australia Bank.

"Ada begitu banyak ketidakpastian dan orang-orang tidak yakin dengan prospek," kata dia.

Pasar minyak sebagian besar mengabaikan data survei manufaktur AS pada Senin yang menunjukkan peningkatan dalam indeks pengukuran kondisi umum bisnis.

Pada Juli tahun lalu, harga minyak mencapai rekor puncak di atas 147 dolar AS, sebelum jatuh kembali karena melemahnya permintaan energi akibat dampak krisis keuangan dunia.

Harga minyak jatuh menjadi 32 dolar AS pada Desember lalu, tetapi merangkak naik kembali di tengah harapan bahwa kemerosotan terburuk global telah berakhir.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009