Surabaya (ANTARA News) - Kenaikan harga jual elpiji bervolume 12 kilogram dalam waktu dekat, merupakan otoritas perusahaan, kata Media Relation PT Pertamina, Wianda Pusponegoro.

"Kalau kenaikan harga ini tidak segera dijalankan, kerugian yang kami tanggung selama ini kian membengkak," katanya, saat dihubungi ANTARA, Minggu.

Menurut dia, perseroan memiliki hak untuk menentukan harga elpiji, karena usaha ini murni bisnis. Apalagi, selama ini elpiji 12 kg tidak masuk dalam program subsidi.

"Meski kenaikannya akan terjadi dalam waktu dekat, kami belum bisa memastikan kapan pemberlakuan harga baru itu," ujarnya.

Sebenarnya, jelas dia, harga yang berlaku untuk elpiji 12 kilo sekarang masih jauh dari harga keekonomian.

"Bahkan, sejauh ini harga elpiji 12 kilogram masih sekitar Rp5.750,00 per kilogram. Sementara itu, harga keekonomiannya mencapai Rp7.200,00 per kilogram," katanya.

Melihat kondisi tersebut, kata dia, Pertamina sudah mengirimkan surat pengajuan kenaikan harga elpiji kepada Menteri Negara (Meneg) BUMN dan Menteri ESDM, pada tiga pekan lalu.

"Kenaikannya diharapkan bisa Rp100,00 per kilogram per bulan dan harganya terus naik sampai harganya mencapai harga keekonomian," katanya menjelaskan.

Ia menyatakan, walaupun kedua menteri tersebut belum menjawab suratnya, harga jual elpiji akan naik, karena harga jual elpiji 12 kilogram dinilai rendah.

"Akibat rendahnya harga elpiji selama ini, kami harus menanggung kerugian sebesar Rp3 triliun hingga Rp4 triliun per tahun," katanya.

Ia mengaku, sekarang sedang menunggu ketepatan waktu kapan kenaikan harga itu diberlakukan. Jika dinaikkan sekarang, pasar sulit menerima kenaikan harganya. Apalagi, kini sudah memasuki bulan puasa dan sebentar lagi Lebaran yang meninggikan konsumsi mereka.

"Untuk menyosialisasikannya, kami sudah bekerja sama dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indoensia (YLKI). Upaya ini agar pasar bisa menerima kenaikan harga elpiji dengan tenang," kata Wianda Pusponegoro.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009