Tasikmalaya (ANTARA News) - Seorang kakek di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Selasa meninggal dunia diduga karena faktor usia dan beban mental setelah gempa berkekuatan 7,3 skala richter meluluh lantakan rumahnya.

Korban Encu (60), warga Kampung Cogandol, Desa Sukasetia, Kecamatan Cisayong meninggal di rumah kakaknya, setelah dievakuasi dari tenda pengungsian satu hari setelah gempa.

Anak almarhum, Aep Saefudin (35), di Cigandol, Selasa, mengatakan sebelumnya Encu sempat dirawat di RSUD Tasikmalaya karena mengidap penyakit paru-paru, kemudian diperbolehkan pulang sebelum gempa terjadi.

"Sehari sebelum gempa, bapak baru saja pulang dirawat di rumah sakit karena penyakit paru-paru," katanya.

Namun ketika gempa Tasikmalaya mengguncang wilayah Cisayong dan meluluh lantakan rumah, kesehatan Encu kembali memburuk, kondisi kesehatannya semakin parah ketika tidak mampu berobat ke rumah sakit.

Selain itu kondisi kejiwaan Encu juga terganggu karena menyaksikan rumah keluarga dan tetangganya ambruk, dan malam pertama pascagempa terpaksa harus menginap di tenda darurat yang dibuat oleh masyarakat.

"Sejak itu bapak tidak mau makan dan minum, kalau makan juga harus dipaksa itu juga masuknya sedikit," katanya.

Kondisinya semakin memburuk sehingga membuat khawatir keluarga dan terpaksa dipindahkan di rumah kakaknya yang kondisi rumahnya sudah retak-retak tapi dinilai masih laiak ditempati.

Bapak dua anak itu menghembuskan nafas terakhirnya disaksikan oleh keluarga dan korban gempa lainnya di kampung tersebut, hingga jenazah dimakamkan sekitar pukul 14.00 WIB di pemakaman warga tidak jauh dari rumah penduduk.

Sementara itu menurut Aep, pasca gempa bumi membuat seluruh warga yang rumahnya hancur menyebakan pikiran stres, apalagi mengenang kembali ketika melihat langsung kehancuran rumah.

Ia mengaku tinggal di tenda pengungsian merasa tidak nyaman, karena kedinginan di malam hari dan kepanasan saat siang, serta tidak bisa tidur nyenyak.

"Jangankan bapak saya yang sakit, saya saja yang sehat merasakan stres," katanya.*
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009