Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Saut Situmorang mengatakan bahwa penetapan batas wilayah NKRI dengan Timor Leste masih berlangsung dan diharapkan tuntas secepatnya.

"Salah satu kegiatan yang diupayakan percepatannya adalah melaksanakan survei garis batas darat antara RI dengan Timor Leste untuk menetapkan pos-pos perbatasan yang dapat dilalui secara sah," katanya di Jakarta, Senin.

Menurut Saut proses penetapan titik koordinat dan garis yang memisahkan wilayah NKRI dan Timor Leste ini telah masuk tahap finalisasi dan diharapkan dalam waktu dekat sudah dapat diperoleh batas yang jelas.

Berkaitan dengan informasi yang menyebutkan Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) mengklaim wilayah Naktuka di Desa Netemnanu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai wilayah mereka, Saut mengatakan pihaknya belum mendapat laporan resmi mengenai masalah tersebut.

Pemerintah, katanya, akan mengkroscek masalah tersebut. Jika terbukti, maka masalah tersebut, lanjut dia, akan dibahas dalam forum bilateral antara kedua negara.

"Ini akan dibawa ke forum bilateral RI dengan Timor Leste guna mencari penyelesaiannya," katanya menanggapi pertanyaan tentang tindakan yang akan dilakukan pemerintah.

Sementara itu, sebelumnya, Raja Amfoang, Robi Manoh di Kupang mengatakan, pemerintah Timor Leste telah mengklaim wilayah Naktuka di Desa Netemnanu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara sebagai wilayahnya.

"Timor Leste sudah mengklaim wilayah tersebut sekitar tiga kilometer masuk ke wilayah Indonesia," katanya.

Manoh mengatakan, awalnya batas wilayah Amfoang dan wilayah Timor Leste adalah sungai Noel Besi, namun sekarang penduduk Timor Leste di Distrik Oeccuse telah melewati sungai itu sampai radius tiga kilometer hingga sebuah parit bernama Nonomna.

"Jarak parit dengan Pos TNI sekitar satu kilometer. Parit inilah yang diklaim Timor Leste sebagai batas negara antara RI-Timor Leste," katanya.

Ia berharap Pemerintah Indonesia dapat segera menuntaskan persoalan tersebut sehingga tidak berkembang menjadi konflik.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009