Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) membantu pemeliharaan pesawat-pesawat angkut berat C-130 Hercules TNI Angkatan Udara melalui program Periodic Depo Maintenance (PDM) yang dibiayai dengan skema Foreign Military Fund (FMF).

Komandan Komando Pemeliharaan Material TNI Angkatan Udara (Koharmatau) Marsekal Muda TNI Sunaryo HW kepada ANTARA di Jakarta, Selasa mengatakan, ada dua pesawat C-130 Hercules Tipe H TNI Angkatan Udara yang akan menjalani pemeliharaan dalam program PDM.

"Satu pesawat akan di-maintenance di AS, satu lagi di Indonesia dengan mendatangkan teknisi dari AS," katanya.

Sunaryo menjelaskan, seluruh biaya pemeliharaan dan teknisi yang akan melakukan pemeliharaan berasal dari AS. Namun, TNI AU juga mengirimkan teknisinya untuk belajar di AS bersamaan dengan program tersebut.

"Jadi, ketika program itu dijalankan di Indonesia, selain ada teknisi TNI AU juga ada teknisi dari AS. Sambil AS melihat, apa saja yang dibutuhkan TNI AU dalam pemeliharaan Hercules," ujarnya.

Sunaryo menambahkan, teknisi TNI AU sebenarnya telah memiliki kemampuan untuk melakukan pemeliharaan hanya saja pihak AS ingin melakukan pengecekan dan pemeliharaan secara menyeluruh dan teliti.

"Dana yang dibutuhkan keseluruhan untuk program PDM adalah 15 juta dolar AS dan semuannya dari mereka (AS-red) dan akan dituangkan dalam kontrak kerja sama yang kini tengah digodok kedua pihak. Insya Allah akhir tahun ini dapat dilakukan satu pesawat," ungkapnya.

Tak hanya itu, AS juga akan membantu pembangunan bengkel propeler C-130 Hercules di Indonesia.

"Ya kami kemaren mengajukan agar sebagian dana dari program PDM itu digunakan untuk membangun bengkel propeler Hercules. Kalau usulan ini disetujui AS, maka ini akan menjadi bengkel propeler terbesar dan terbaik di Asia," kata Sunaryo.

Tentang kelanjutan penawaran enam Hercules dari AS, ia menjelaskan, tawaran hibah sejumlah pesawat Hercules Tipe H oleh beberapa negara seperti AS, Australia dan Norwegia, berasal dari negara-negara yang akan mengganti Herculesnya dari Tipe H ke Tipe J.

"Dan biasanya, penggantian itu baru bisa terealisasi lima tahun kemudian. Jadi, perlu pertimbangan matang lah untuk itu," kata Sunaryo. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009