Samarinda (ANTARA News) - Produser film "Suster Keramas", Ody Mulya, menemui Ketua MUI Samarinda, Kalimantan Timur, KH. Zaini Naim, untuk meminta penjelasan atas penolakan film yang dibintangi artis porno Jepang Rin Sakuragi itu.

"Selain bersilaturahmi, saya datang ke Samarinda untuk meminta penjelasan Ketua MUI Samarinda, mengenai alasan penolakan film Suster Keramas," kata Ody Mulya, di Samarinda, Selasa malam.

Produser Suster Keramas yang langsung menemui KH. Zaini Naim di rumahnya itu mengaku, penolakan Ketua MUI Samarinda tersebut cukup beralasan kerena menilai film garapan Maxima Pctures berbau porno.

"Saya memahami alasan penolakan ketua MUI Samarinda. Tapi, beliau mengatakan tidak berhak melarang pemutaran film itu dan hanya memberi imbauan moral kepada masyarakat. Saya juga sudah menjelaskan bahwa film itu tidak mengandung unsur porno," ungkap Ody Mulya.

Produser rumah produksi Maxima Pictures yang juga memproduksi film "Air Terjun Pengantin" itu mengungkapkan, adegan yang mungkin dipermasalahkan hanyalah saat film itu menggambarkan fantasi pemuda berandal setelah melihat seorang gadis Jepang.

"Film itu tidak mengandung unsur porno. Adegan syur yang ditampilkan di film itu, menggambarkan khayalan dari pemuda berandal yang terobsesi melihat wanita Jepang. Jadi,kami berharap masyarakat tidak bersikap skeptis dulu sebelum melihat filmnya," katanya.

"Judul Suster Keramas yang dikhawatirkan pak KH. Zaini Naim bukan penggambaran aktifitas setelah melakukan hubungan badan," ujar Ody Mulya yang juga produser film "Sumpah Pocong di Sekolah".

Ia menjelaskan, film yang digarap selama 16 hari itu diangkat berdasarkan kisah nyata dari cerita beberapa orang tentang hadirnya sosok seorang perawat yang rambutnya terihat selalu basah, seperti habis keramas.

"Film itu diangkat ke layar lebar berdasarkan cerita beberapa orang yang melihat sosok seorang perawat dengan rambut seperti habis keramas. Lokasi syuting dilakukan di Bogor, Puncak dan Jakarta," kata Ody Mulya.

Film yang juga dibintangi Yadi Sembako itu menceritakan kedatangan gadis Jepang yang diperankan Rin Sakuragi ke Indonesia untuk menemui saudara tirinya yang jadi perawat.

"Rin Sakuragi memerankan gadis yang datang ke Indonesia mencari saudaranya yang jadi perawat untuk memberikan warisan orang tuanya. Namun, ternyata saudaranya itu telah meninggal dan ia akhirnya bertemu dengan berandalan," ujar Produser film Suster Keramas tersebut.

Optimistis
Walau mendapat penolakan dari MUI dan salah satu ormas Islam, Ody Mulya mengaku akan tetap merilis film yang dibintangi artis porno asal Jepang itu pada 31 Desember 2009.

"Film ini tetap akan dirilis pada akhir tahun sebab kami menilai, film Suster Keramas bukan film porno," kata Ody Mulya.

Produser Film Suster Keramas itu optimisitis, film berdurasi 85 menit tersebut akan booming hingga mencapai 800 ribu penonton.

"Saya tetap optimisitis, film ini akan mendapat apresiasi masyarakat Indonesia,seperti film-film lainnya," ungkap produser film "Paku Kuntilanak" yang dibintangi Dewi Persik itu.

Ketika ditanya tentang alasan memakai bintang porno asal Jepang, Ody Mulya mengaku kesulitan mencari bintang lokal.

"Masalahnya, sulit mencari artis ternama di Indonesia karena umumnya sudah di kontrak dan jadwal off air mereka sangat padat. Saya sempat menghubungi Luna Maya namun dia juga sudah dikontrak sehingga saya terpaksa mencari artis asal Jepang," katanya.

"Kami sengaja tidak mengekspose film ini karena tidak ingin terulang seperti nasib film 'Menculik Miyabi'," ujar Ody Mulya.

Sebelumnya, kepada ANTARA News, Ketua MUI Samarinda menolak pemutaran film yang dibintangi Rin Sakuragi, kelahiran Hyogo Jepang 1989, di Samarinda.

"Kami tegaskan, MUI Samarinda menolak pemutaran film 'Suster Keramas' yang akan diputar di Samarinda," kata KH. Zaini Naim

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009