Pamekasan (ANTARA News) - Tokoh etnis Tionghoa Madura, Jawa Timur, Kosala Mahinda menilai mantan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai panutan dan teladan bagi etnis Tionghoa.

"Gusdur adalah sosok yang penuh dengan keteladanan bergaul dengan siapa saja atas dasar kemanusiaan dan tidak mempersoalkan perbedaan keyakinan," kata tokoh Kosala Mahinda, kepada ANTARA, semalam.

Menurut Kosala, bagi etnis Tionghoa, Gus Dur sangat berarti karena satu-satunya tokoh yang sangat peduli dengan perdamaian.

Gus Dur, kata dia, tidak membedakan mana kelompok minoritas dan mana mayoritas, bahkan di masa kepemimpinan Gus Dur, etnis Tionghoa merasa mendapat tempat yang sama dengan etnis lain yang ada di Indonesia.

"Kami sangat kehilangan dengan kepergian Gus Dur. Dia ibarat orang tua kami sendiri. Kami merasa diperhatikan dan dihargai sebagai etnis yang minoritas di negeri ini," katanya.

Pengelola kelenteng Vihara Avalokitesvara di Desa Candi, Kecamatan Galis, Pamekasan ini menjelaskan, di masa kepemimpinan Gus Dur pula, warga Tinghoa bisa mengembangkan kesenian tradisionalnya, seperti barongsai dan tari liang-liong.

"Dulu kami dilarang melakukan pementasan secara terbuka seperti yang akhir-akhir ini kami lakukan. Namun berkat jasa Gus Dur kami akhirnya bebas berekspresi," katanya.

Kosala lebih lanjut menyatakan etnis Tinghoa di Madura juga menyatakan berkabung atas wafatnya presiden keempat RI itu.

"Jasa-jasa Gus Dur tidak dapat kami lupakan sampai saat ini dan akan menjadi kenangan tersendiri bagi etnis Tionghoa di Madura khususnya dan etnis Tionghoa yang ada di seluruh Indonesia pada umumnya," demikian Kosala. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009