Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan perpustakaan Guru Bangsa untuk mengenang mantan presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Gedung Galangpress Center Yogyakarta, Selasa.

Dalam peresmian perpustakaan keliling yang diprakarsai Penerbit Galangpress Gorup Yogyakarta itu sekaligus diluncurkan buku berjudul "Gus Geer" karya M Hamid yang diterbitkan Pustaka Marwa Galangpress Group dalam rangka mengenang 40 hari wafatnya Gus Dur yang dikenal sebagai guru bangsa.

Sultan mengatakan, Gus Dur adalah tokoh spritual, tidak hanya sekadar guru agama, yang selalu mengajak bangsa Indonesia untuk mendasari kehidupan dari lubuk hati yang terdalam. Dengan demikian, bangsa ini akan selalu menghargai dan menghormati sesama manusia sebagai makhluk Tuhan.

"Gus Dur termasuk pemimpin yang sederhana yang dikenal humanis, demokratis, dan pluralis. Perjuangan Gus Dur dalam humanisme, demokrasi, dan pluralisme diharapkan dapat dilanjutkan bangsa ini sehingga tercipta kenyamanan dan kedamaian di negeri ini," katanya.

Ia mengatakan, perpustakaan Guru Bangsa untuk mengenang Gus Dur diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah untuk menumbuhkan minat dan budaya membaca di kalangan mereka.

"Keberadaan perpustakaan keliling itu dharapkan tidak hanya melayani masyarakat perkotaan tetapi juga masyarakat pedesaan yang jauh dari akses perpustakaan daerah. Mobilitas perpustakaan tersebut diharapkan menjangkau pelosok pedesaan yang ada di wilayah DIY sehingga masyarakat di daerah itu bisa ikut menikmati fasilitas tersebut," katanya.

Sementara itu, Direktur Penerbit Galangpress Group Julius Felicianus mengatakan, upaya mendirikan perpustakaan Guru Bangsa merupakan salah satu cara untuk mengenang dan meneruskan aktivitas Gus Dur. Sosok Gus Dur adalah figur yang dikenal dekat dengan mereka yang lemah dan memiliki keberpihakan pada minoritas baik umat muslim maupun Kristen, Katholik, dan Tionghoa.

Menurut dia, pendirian perpustakaan juga jadi bagian dari langkah untuk mendekatkan generasi penerus pada pemikiran yang memajukan peradaban bangsa. Semangat pluralisme yang diusung, humanisme, dan pemikiran demokrasi menjadi warisan tokoh yang menentang semua bentuk kekerasan yang mengatasnamakan agama itu.

"Mendirikan perpustakaan Guru Bangsa merupakan upaya memperluas minat baca di masyarakat. Sejak tiga tahun terakhir, bersama dengan beberapa penerbit di Yogyakarta, kami telah mengalokasikan buku untuk perpustakaan keliling," katanya.

Pada peresmian perpustakaan Guru Bangsa tersebut tampak hadir adik Gus Dur, KH Hasyim Wahid, Wakil Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, dan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta KH Abdul Muhaimin.(B015/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010