Manado (ANTARA News) - Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mampu pertahankan posisinya sebagai pemasok komoditas pala terbesar di dunia.

"Hingga saat ini Sulut memasok sekitar 75 persen dari kebutuhan pala dunia," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Sanny Parengkuan di Manado, Selasa.

Ekspor pala Sulut setiap bulan berkisar 1000 hingga 2000 ton, sementara kebutuhan dunia hanya berkisar 20 ribu ton setiap tahun.

Negara tujuan ekspor pala Sulut, kata Sanny, tersebar baik di Asia, Eropa, Amerika hingga Afrika.

"Komoditas pala merupakan salah satu yang paling kontinyu ekspornya, karena setiap bulan terjadi realisasi ekspor dengan jumlah relatif stabil," kata Sanny.

Mauren, salah satu eksportir pala di Sulut, mengatakan, guna mempertahankan posisi Sulut sebagai pemasok terbesar di dunia, maka pemerintah perlu membantu revitalisasi pala.

"Sudah mendesak terutama peremajaan tanaman melalui bantuan bibit pala," kata Mauren.

Hingga saat ini belum ada bantuan peremajaan tanaman pala, ini sangat disesalkan melihat posisi Sulut yang sangat dominan sebagai produsen pala dunia.

Tanaman pala di Sulut sebagian besar sudah berusia tua, sementara peremajaan baru dilakukan secara swadaya oleh petani.

Paul Merung, salah satu petani pala di Kecamatan Tombulu, Minahasa, mengatakan, berhasil menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari hasil perkebunan pala.

Perhitungan pendapatan kebun pala dalam satu hektar tanaman berusia remaja dapat dihasilkan sekitar 200 kilogram(kg) per bulan dikalikan dengan harga saat ini Rp50 ribu per kg, maka dapat diperolah pendapatan kotor Rp10 juta. (Ant/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010