Yogyakarta (ANTARA News) - Rumah sakit perlu menerapkan sistem akuntansi syariah agar bisa menghapus diskriminasi antara aktivitas ekonomi dengan ibadah, kata konsultan keuangan Pusat Pelayanan Manajemen Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Rudy Suryanto.

"Dengan demikian, rumah sakit tidak tergiring dalam pola kapitalis. Hal itu pada akhirnya akan menjadikan masyarakat lebih percaya terhadap rumah sakit," katanya di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia saat memaparkan hasil penelitiannya berjudul rekonstruksi sistem akuntansi rumah sakit syariah, meskipun ada pertumbuhan pesat dari praktik sistem akuntansi syariah di sektor perbankan,perkembangan sistem akuntansi syariah di sektor lain masih terbatas.

"Kondisi tersebut mendorong saya untuk mengkaji lebih lanjut adanya kerangka sistem akuntansi syariah yang dapat diterapkan pada rumah sakit. Rumah sakit mempunyai sistem akuntansi yang unik karena selain menjalankan usaha bisnis, juga melaksanakan kegiatan sosial," katanya.

Oleh karena itu, nilai-nilai Islam yang luas dan abstrak perlu diturunkan ke dalam prinsip-prinsip akuntansi untuk memudahkan pelaku di lapangan untuk memecahkan suatu kasus akuntansi dan pencatataannya.

Ia mengatakan, dengan menurunkan nilai-nilai Islam ke dalam prinsip-prinsip akuntansi dan menjadikannya pedoman dan acuan praktik akuntansi, maka pihak manajemen rumah sakit memiliki kerangka yang jelas dan bisa menetapkan apakah suatu kebijakan sesuai dengan ketentuan syariah atau tidak.

Dengan prinsip bisnis sosial dan tata kelola perusahaan syariah yang baik diharapkan bisa menghapus diskriminasi antara aktivitas ekonomi dengan ibadah. Keuntungan jangka pendek yang didapat oleh rumah sakit mungkin akan menurun jika kedua prinsip tersebut di jalankan.

"Namun, dalam jangka panjang keuntungan akan meningkat, karena masyarakat menjadi lebih percaya terhadap rumah sakit," kata dosen Fakultas Ekonomi UMY itu.
(U.B015/H008/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010