Seoul (ANTARA News) - Korea Selatan hari Jumat menyambut baik pernyataan Dewan Keamanan PBB mengenai penenggelaman kapal perang negara itu. PBB mendesak Korea Utara mengendalikan diri dari provokasi lebih lanjut dan mengakui kesalahan atas serangan itu.

DK PBB mengecam penenggelaman kapal Cheonan pada 26 Maret namun tidak secara langsung menyalahkan Korea Utara, meski AS dan Korea Selatan meminta kecaman PBB terhadap negara komunis itu.

"Pernyataan presiden DK itu mengandung makna penting bahwa masyarakat internasional mengecam serangan Korea Utara terhadap kapal Cheonan dengan satu suara dan menekankan pentingnya mencegah provokasi selanjutnya" terhadap Korea Selatan, kata juru bicara kementerian luar negeri di Seoul, Kim Young-sun, seperti dikutip kantor berita Yonhap.

"Pemerintah mendesak Korea Utara tidak melakukan lagi provokasi atau bertindak yang melukai perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea, dengan menanggapi secara serius sikap kuat masyarakat internasional bahwa provokasi terhadap Korea Selatan tidak akan ditoleransi," katanya.

Kim juga mendesak Korea Utara mengakui tanggung jawabnya dan meminta maaf, kata Yonhap.

Teks pernyataan Dewan Keamanan PBB tidak secara langsung menyalahkan Korea Utara (DPRK) atas serangan tersebut, meski penyelidikan internasional menyalahkan Pyongyang atas insiden mematikan itu.

Pernyataan yang dibacakan presiden DK saat ini, Duta Besar Nigeria untuk PBB Joy Ogwu, mengatakan bahwa terkait dengan hasil penyelidikan "yang menyimpulkan bahwa DPRK bertanggung jawab atas penenggalaman Cheonan, DK mengungkapkan keprihatinan terbesarnya".

Korea Utara membantah terlibat dalam tenggelamnya kapal Cheonan di dekat perbatasan laut yang disengketakan kedua negara Korea itu.

Hubungan antara kedua negara Korea itu memanas akhir-akhir ini terkait dengan tenggelamnya kapal Korea Selatan itu.

Penyelidik internasional pada 20 Mei mengumumkan hasil temuan mereka yang menunjukkan bahwa sebuah kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo berat untuk menenggelamkan kapal perang Korea Selatan itu, dalam apa yang disebut-sebut sebagai tindakan agresi paling serius yang dilakukan Pyongyang sejak perang Korea 60 tahun lalu.

Sebanyak 46 orang awak Korea Selatan tewas ketika kapal perang itu tenggelam di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan dengan wilayah utara pada Maret lalu dalam kondisi misterius setelah ledakan yang dilaporkan.

Korea Selatan mengumumkan serangkaian pembalasan yang mencakup pemangkasan perdagangan dengan negara komunis tetangganya itu.

Korea Utara membantah terlibat dalam insiden tersebut dan membalas tindakan Korea Selatan itu dengan ancaman-ancaman perang.

Seorang diplomat Korea Utara mengatakan, Kamis (3/6), ketegangan di semenanjung Korea setelah tenggelamnya kapal perang Korea Selatan begitu tinggi sehingga "perang bisa meletus setiap saat".

Dalam pernyataan pada Konferensi Internasional mengenai Perlucutan Senjata, wakil utusan tetap Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Ri Jang-Gon, menyalahkan "situasi buruk" itu pada Korea Selatan dan AS.

"Situasi semenanjung Korea saat ini begitu buruk sehingga perang bisa meletus setiap saat," katanya.

Kedua negara Korea itu tidak pernah mencapai sebuah perjanjian pedamaian sejak perang 1950-1953 dan hanya bergantung pada gencatan senjata era Perang Dingin.
(M014/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010