Kupang (ANTARA News) - Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor buruh migran terbesar dunia, akibat keterbatasan lapangan kerja dan kemiskinan, kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Perempuan Sarinah Nusa Tenggara Timur Lucia Adinda Lebu Raya di Kupang, Selasa.

Berdasarkan laporan "CARAM", sebuah lembaga peneliti AIDS dan Pertumbuhan Penduduk di Asia, setidaknya persentase buruh migran perempuan (BMP) Indonesia mencapai 80 persen.

"Sebagian besar dari buruh migran perempuan itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi, Malaysia, Singapura dan Hongkong," katanya.

Selain itu, kata Adinda, laporan "Human Rights Watch" menyebutkan setiap tahun antara periode 2006 sampai 2009, kurang lebih 5-6 juta Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bekerja di luar negeri.

Dari total TKI tersebut, sekitar 70 persen di antaranya adalah buruh perempuan dengan rata-rata lulusan SD, SMP, dan tertinggi SMA.

"Keterbatasan pendidikan dan ketrampilan inilah yang mengakibatkan kebanyakan dari mereka harus bekerja di sektor rumah tangga, buruh pabrik, buruh bangunan, penjaga toko, dan sebagainya," katanya.(*)

ANT/L003/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010