Quetta, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Sedikitnya 53 orang tewas dan 197 cedera Jumat dalam serangan bom bunuh diri yang ditujukan pada pawai muslim Syiah di kota Quetta, Pakistan baratdaya, kata polisi.

Penyerang termasuk diantara massa yang berjumlah sekitar 450 orang dan meledakkan bom ketika mencapai lapangan utama di kota itu, kata polisi.

Ledakan itu mengakibatkan suasana kacau, dimana massa yang marah mulai melakukan pembakaran dan melepaskan tembakan ke udara dan yang lain lari atau telungkup di tanah agar tidak terkena tembakan.

"Menurut laporan yang diterima dari rumah-rumah sakit, 53 orang tewas dan 197 cedera," kata Sardar Khan, kepala bagian pengawasan kepolisian Quetta, kepada AFP melalui telefon.

Pemboman itu merupakan yang terakhir dari serangkaian serangan yang tampaknya sektarian, setelah tiga serangan bom bunuh diri menewaskan 31 orang dan mencederai ratusan lain Rabu pada saat acara perkabungan Syiah di kota Lahore, Pakistan timur.

Pawai Jumat itu dilakukan untuk memperingati hari Al-Quds, peristiwa internasional yang diadakan setiap tahun oleh masyarakat Syiah untuk menentang cengkeraman Israel atas Yerusalem dan menunjukkan solidaritas pada muslim Palestina.

Muslim Syiah merupakan minoritas di Pakistan, sekitar seperlima dari penduduk negara itu yang berjumlah 160 juta orang yang didominasi orang Sunni.

Malik Iqbal, kepala kepolisian provinsi Baluchistan, mengatakan, penyelenggara pawai itu telah diperingatkan agar menggunakan rute-rute berbeda untuk menghindari serangan teror yang mungkin dilakukan.

Polisi terpaksa memadamkan kerusuhan yang terjadi setelah pemboman bunuh diri itu, kata Khan.

"Massa yang marah berusaha membakar sebuah bangunan swasta dan kendaraan. Beberapa peserta pawai bersenjata dan mereka melepaskan tembakan ke udara. Mereka juga membakar sejumlah sepeda dan sepeda-motor," kata Khan.

Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani mengutuk keras pemboman itu dan mendesak penyelidikan segera atas insiden tersebut. Kedutaan Besar AS juga mengutuk serangan itu.

Serangan-serangan bom yang berkaitan dengan Taliban dan Al-Qaeda di Pakistan menewaskan lebih dari 3.660 orang dalam tiga tahun ini sejak pasukan pemerintah mengepung kelompok garis keras di sebuah masjid di ibu kota negara itu, Islamabad, pada Juli 2007.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010