Kairo (ANTARA News) - Presiden Mesir Hosni Mubarak, Ahad, mengatakan ia prihatin dengan "bahaya baru" di Teluk, dalam sindiran nyata terhadap Iran --yang ambisi nuklirnya membuat prihatin sejumlah negara Arab.

Dalam pidato untuk memperingati Lailatul Qadar selama bulan suci Ramadhan, Mubarak mengatakan, "Perayaan kita dilakukan saat dunia Arab dan Muslim menghadapi masa sulit."

Selain masalah di Afghanistan, Pakistan, Irak, Lebanon, Sudan dan Somalia, Mubarak memperingatkan tentang "bahaya baru yang muncul di wilayah Teluk dan mengancam stabilitas".

Negara Barat dan Israel curiga Iran memanfaatkan program nuklir sipilnya untuk menyembunyikan upaya membuat bom nuklir, prospek yang juga mengkhawatirkan negara-negara Arab.

Negara Arab, seperti Arab Saudi, juga prihatin dengan dukungan negara Syiah Iran buat Hizbullah di Lebanon dan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) di Palestina.

Mesir, yang telah terlibat sangat dalam dalam pembicaraan perdamaian Palestina-Israel, pekan lalu menunda kunjungan Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki sehubungan dengan komentar yang mengecam peran sebagian negara Arab dalam memfasilitasi pembicaraan tersebut.

Hubungan antara Teheran dan Kairo telah putus sejak 1980, segera setelah terjadinya Revolusi Islam di Iran dan pengakuan Mesir atas Israel.

Sejak itu, kedua negara tersebut hanya mempertahankan beberapa segi kepentingan di ibukota masing-masing negara itu.

Iran pada Ahad mengecam Pemerintah Otonomi Palestina karena menyerang Presiden Mahmud Ahmadinejad mengenai pernyataan yang dikeluarkannya tentang diluncurkannya kembali pembicaraan perdamaian dengan Israel, demikian laporan kantor berita Fars.

Ahmadinejad mengatakan kepada peserta pawai pro-Palestina, Jumat, dihidupkannya pembicaraan perdamaian Timur Tengah "akan gagal total" dan menyebut Presiden Palestina dukungan Barat Mahmud Abbas sebagai sandera Israel.

"Apa yang akan mereka rundingkan? Siapa yang mereka wakili? Apa yang akan mereka bicarakan?" Ahmadinejad mempertanyakan tim perunding Abbas.

Pernyataannya memicu kemarahan Pemerintan Otonomi Palestina.
(C003/A011)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010