Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa pemerintah akan mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tinggi dengan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada rakyat miskin (pro-poor).

"Pengurangan kemiskinan merupakan salah satu elemen yang penting ketika pertumbuhan ekonomi tinggi di samping upaya menyebar pertumbuhan itu," kata Hatta Rajasa di Gedung Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Rabu.

Menurut Hatta, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi pada masa lalu kurang dibarengi dengan upaya mengalirkan kepada masyarakat miskin.

"Penting untuk memikirkan trickle down effect, karena dulu tidak mengalir. Kebijakan pro-poor menjadi penting," katanya.

Terkait dengan trickle down effec", ekonom UI Dorodjatun Kuntjoro-Jakti menilai bahwa hingga saat ini sulit untuk membuktikan keberhasilan teori tersebut, termasuk di negara-negara sosialis sekalipun.

"Menurut saya, mereka yang kaya akan lupa dengan yang miskin. Temannya manusia adalah lupa," katanya.

Ia mencontohkan, China dan India yang saat ini berada dalam masa lepas landas karena pertumbuhan ekonominya mencapai di atas tujuh persen, justru mengalami peningkatan kesenjangan pendapatan penduduknya.

Indikator untuk mengukur ketimpangan pendapatan selama ini adalah Koefisien Gini di mana makin tinggi angkanya maka makin besar ketimpangannya.

"Selama ini kita bangga dengan perolehan angka sekitar 0,3 persen karena lebih baik dari negara-negara di Amerika Latin yang mencapai 0,5 persen," katanya.

Namun, menurut dia, jika angka itu tidak bergerak selama puluhan tahun, maka terdapat kemungkinan bahwa dinamika masyarakat mengalami kemandegan.

Jadi ada kelompok masyarakat yang terus hidup nyaman di satu sisi, sementara di sisi lainnya ada kelompok masyarakat yang terus menderita.

Menurut dia, Indonesia harus mewaspadai kemungkinan tersebut. Ia mengkhawatirkan sudah terjadi kemiskinan struktural dan budaya sehingga tidak ada ruang bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik.

"Saya khawatir ketika pertumbuhan ekonomi kita naik mencapai di atas tujuh persen atau lebih, mereka yang kaya lupa bahwa kita ini negara bangsa. Namun belum terlambat untuk melakukan langkah menghindari kemungkinan itu," kata Dorodjatun.
(A039/A023)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010