Sleman (ANTARA News) - Hujan abu akibat letusan Gunung Merapi, Sabtu dini hari pada pukul 00.40 WIB, menyelimuti Kota Yogyakarta dan sekitarnya sehingga menyebabkan langit menjadi gelap.

Abu Gunung Merapi pekat itu membuat kalangan warga dari kawasan sekitar gunung itu mengungsi menyelamatkan diri di tempat-tempat yang dinilai aman agar tidak menjadi korban awan panas gunung yang pertama meletus pada Selasa (26/1) sore itu.

Hingga pukul 01.30 WIB warga yang mengungsi terus mengalir ke tempat-tempat yang dinilai aman jauh dari gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta maupun menuju ke Kota Yogyakarta.

Gunung Merapi, Sabtu dini hari, selama 21 menit mengeluarkan suara letusan keras dengan mengeluarkan awan panas yang pekat sehingga membuat panik kalangan warga di sekitar gunung yang traktif di Indonesia ini.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo mengatakan letusan keras dengan mengeluarkan awan panas berlangsung mulai pukul 00.16 WIB hingga 00.37 WIB. Letusan awan panas terjadi karena suplai magma dari bawah ke atas berlangsung cepat.

"Sabtu dini hari terjadi aklamasi gas sehingga terjadi letusan awan panas dengan suara keras disertai guguran materal yang mengeluarkan suar bergemuruh. Letusan diperkirakan masih terjadi karena masih ada magma dari bawah yang cukip besar," katanya.

Letusan keras ini menyebabkan terjadinya gempa yang terasa hingga Kota Yogyakarta. Ledakan pertama terdengar sekitar pukul 00.40 WIB. Warga langsung mengungsi berbondong-bondong meninggalkan kawasan di sekitar lereng Gunung Merapi.

Ledakan yang sangat keras dari puncak Gunung Merapi dengan suara bergemuruh seperti halilintar dan terdengar berkali-kali. membuat warga di kawasan Kaliurang, Kabupaten Sleman panik. (.B015*V001/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010