Padang (ANTARA News) - Gelombang besar disertai angin kencang di sekitar Perairan Pantai Mentawai, pada Sabtu (30/10), tidak menyurutkan niat para petugas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero) membantu para korban gempa 7,2 Skala Richter (SR) dan tsunami di pengungsian di Desa Saumanganyak Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat.

"Kami mesti tetap berangkat untuk membawa genset, walaupun cuaca buruk di Kabupaten Mentawai. Warga Mentawai di tempat-tempat pengungsian sangat membutuhkan listrik. Tujuan kami hanya satu membantu warga yang dilanda musibah," kata Jhon, satu dari karyawan PLN.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat itu memang meramalkan akan terjadi gelombang besar disertai angin kencang di Kabupaten Mentawai. Gelombang laut setinggi empat meter dan hujan lebat itu diperkirakan akan berlangsung selama empat hari mendatang.

Namun, demi menolong korban gempa dan tsunami Mentawai, mereka tetap berangkat, hingga akhirnya satu dari dua kapal yang membawa genset itu dihantam ombak.

John mengemukakan, saat berangkat dari Pelabuhan Sikakap sekitar pukul 13.30 WIB, cuaca mulai buruk.

"Kami tahu cuaca memang memburuk, tapi kami tidak menyangka jika gelombang sedemikian besar," katanya.

Ketika berada di tengah laut, tiba-tiba datang gelombang besar disertai angin kencang. Kapal yang berisi lima penumpang itu dihantam gelombang yang mencapai tiga meter, dan terbalik

Kapal lainnya yang sama-sama berangkat dari Pelabuhan Sikakap, selamat dari hantaman gelombang besar.

"Semua barang milik PLN dan barang lain di atas kapal tenggelam. Beruntung semua penumpang selamat," kata Jhon.

Setelah dua jam terapung-apung di perairan Pantai Mentawai, Tim SAR yang mendengar ada kapal terbalik, segera memberikan pertolongan.

"Kami sangat berterima kasih karena nyawa kami dapat tertolong setelah Tim SAR mengevakuasi penumpang kapal," katanya.

Ketika itu, ada dua kapal yang berangkat dari Pelabuhan Sikakap untuk membawa genset ke tempat pengungsian. Kapal "Long Boat" yang berisi 15 penumpang, selamat dari hantaman gelombang besar.

Kapal "Long Boat" dapat bersandar kembali sekitar pukul 19.00 WIB, setelah gelombang besar surut. Kapal "Long Boat bersandar di Desa Saumanganyak membawa genset PLN serta peralatan lain.

Gempa tektonik berkekuatan 7,2 SR disusul tsunami yang terjadi pada Senin (25/10) sekitar pukul 21.40 WIB di Kabupaten Mentawai, selain merenggut korban jiwa, menghancurkan ratusan rumah penduduk, juga merusak Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PLN di daerah tersebut.

Humas PLN Wilayah Sumbar, Asep menyatakan pihaknya mengalami kerugian sekitar Rp300 juta akibat rusaknya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang diterjang gelombang tsunami di Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai.

"Empat buah bangunan rumah dan kantor milik PLN di Sikakap juga mengalami kerusakan dan semua alat penunjang juga hanyut tersapu gelombang tsunami," kata Asep.

Untuk membantu korban gempa dan tsunami, PLN Sumbar mengirimkan sebanyak 19 unit genset masing-masingnya berdaya 2-5 kilowatt.

Genset-genset itu akan disebar di tiga desa yang paling parah terkena dampak tsunami yakni desa Malakopak, Saumangaya dan Bulasat.

PLN juga mendirikan pos kesehatan dan mendistribuskan bahan makanan untuk para pengungsi.

PLN juga mendatangkan satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dikirim melalui PLN Pusat. Meskipun PLTG Sikakap tidak berfungsi, PLN tetap mengoptimalkan bantuan untuk kembali memulihkan penerangan di tiga desa yakni desa Malakopak, Saumangaya dan Bulasat, Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Gelombang besar, sebelumnya juga menghantam Kapal Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Sumbar yang mengangkut bantuan untuk korban gempa dan tsunami di Kabupaten Mentawai.

Relawan PMI bahkan sempat terdampar selama enam jam di antara Pulau Sikakap dan Pulau Malakopak akibat dihantam ombak besar.

Kapal yang bertolak dari Pulau Sikakap itu rencananya akan mendistribusikan bantuan ke penduduk yang ada di Malakopak.

Namun ombak besar membuat kapal Sumbar Jaya yang disewa oleh PMI terdampar di teluk yang tidak diketahui namanya.

Kapal tersebut berangkat dari Sikakap pukul 21.00 WIB, dan setelah satu jam perjalanan gelombang besar membawa kapal tersebut ke sebuah teluk. Kapal itu baru bisa kembali berlayar menuju Malakopak Jumat pagi dan sampai di Malakopak sekitar pukul 13.00 WIB.
(T.ANT-031/T010/A011/P003)

Oleh Oleh Derizon Yazid
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010