Hanoi (ANTARA News/AFP) - Reaksi Kabul terhadap operasi antinarkoba pertama Amerika Serikat-Rusia di Afghanistan "sulit dimengerti", kata satu sumber senior dalam degelasi Presiden Rusia Dmitry Medvedev di Hanoi, Ahad.

"Reaksi itu benar-benar mengejutkan dan tidak dapat dimengerti," kata sumber itu.

Ia menanggapi itu setelah Presiden Afghanistan Hamid Karzai menangggapi operasi anti-narkotik dan obat-obat berbahaya (narkoba) yang dilakukan AS-Rusia pertama kali di negaranya dengan mengatakan operasi itu dilakukan tanpa izin dan melanggar kedaulatan Afghanistan.

Operasi itu dilancarkan Kamis malam di provinsi Nagarhar, Afghanstan timut.

"Reaksi itu benar-benar mengejutkan karena kementerian dalam negeri Afghanistan ikut serta dalam operasi ini," kata sumber yang tidak bersedia namanya disebutkan karena situasi yang peka.

Medvedev sedang melakukan kunjungan resmi ke Vietnam.

Sebuah pernyataan dari kantor Karzai sebelumnya mengatakan: "Tidak ada organisasi atau institusi mempunyai hak untuk melakukan operasi-operasi militer seperti itu di dalam wilayah negara kami tanpa izin dan persetujuan dari pemerintah Islam Afghanistan.

Pernyataan itu mengecam tindakan tersebut dan mengatakan "operasi-operasi seihak seperti itu adalah jelas melanggar kedaulatan Afghanistan serta hukum internasional, dan jika terulang kembali akan dihadapi dengan reaksi yang diperlukan dari pihak kami."

Wakil badan anti narkoba Rusia di Kabul, Alexey Milovanov mengemukakan kepada AFP itu adalah operasi yang dilakukan Afghanistan.

"Itu adalah satu operasi yang dilakukan kementerian dalam negeri Afghanistan, bukan oleh kami," kata Milovanov.

"Kami hanya bertindak sebagai penasehat, sesuai dengan satu kesepakatan antara kedua negara yang mengizinkan kehadiran para penasehat Rusia dalam satu operasi narkoba.

Ia mengatakan empat pejabat anti narkoba Rusia ikut serta dalam operasi itu.

Rusia sering mengecam apa yang mereka sebut sebagai kebijakan antinarkoba yang tidak tepat pasukan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan, yang menurutnya menyebabkan meningkatnya arus narkoba memasuki Rusia melalui Asia Tengah.

NATO sedang berusaha mendorong keterlibatan lebih luas Rusia di Afghanistan, lebih dari 20 tahun setelah bekas Uni Sovyet itu menarik pasukannya setelah perang 10 tahun menghadapi para pejuang mujahiddin.

Afghanistan menghasilkan sekitar 90 persen opium dunia.
(Uu.H-RNZ002/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010