London (ANTARA News) - Sebanyak dua waria asal Indonesiayang mengaku sedang tamasya di kota Moskow tergiur tawaran untuk menjadi pekerja prostitusi transeksual Rusia.

Ternyata mereka masuk jaring mafia lalu disekap dan dijajakan secara profesional tanpa imbalan.

KBRI Moskow yang mengendus masalah ini bergerak cepat dan berhasil membebaskan keduanya, ujar Konselor Penerangan dan Pendidikan KBRI Moskow M. Aji Surya, Jumat.

Menurut M Aji Surya, semua itu berawal dari dering telepon yang tidak berhenti di KBRI Moskow pada Senin, 8 November dinihari.

Ketika diangkat, petugas jaga langsung mendapatkan bisikan bahwa beberapa warga negara Indonesia sedang disekap selama sebulan di sebuah apartemen di salah satu sisi kota Moskow.

"Mereka tidak boleh meninggalkan tempat dan diharuskan melayani para hidung belang tanpa bayaran. Bantulah kami keluar dari tempat ini," suara wanita yang mengaku berinisial S lirih memelas," ujarnya.

Dubes Hamid Awaludin segera memerintahkan stafnya untuk mengontak Kemlu dan kantor polisi. "Jangan pernah ditunda," ujar Aji Surya mengutip perintah Dubes Hamid Awaluddin.

Tim protokol dan konsuler di bawah pimpinan Minister Counsellor Hari Tjahjono segera mengambil tindakan. Pagi itu, ia langsung melakukan konsultasi dengan Kementerian Luar Negeri Rusia yang selanjutnya disarankan untuk melaporkan dan bekerja sama dengan polisi setempat dalam membebaskan tiga waria tersebut.

Tepat pada tengah hari, tim KBRI sudah langsung bergandengan tangan dengan unit polisi untuk menyusun strategi "penggerebegan", ujar M Aji Surya.

Malam harinya, razia bersama dilancarkan dengan metode penyamaran. Ketika transaksi berhasil dilaksanakan, sekejap mata tempat prostitusi itu dikepung dan digeledah secara paksa.

Dua waria Indonesia berinisial S dan E ditemukan, sedangkan satu lainnya yang kabarnya berinisial N telah raib.

Di kantor polisi inilah kedua WNI tersebut mengaku bahwa dirinya adalah waria (wanita pria) yang telah melakukan operasi plastik.
(ANT/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010