Semarang (ANTARA News) - Guru besar manajemen lingkungan, Prof. Sudharto Prawata Hadi, minta pemerintah tetap mengakomodasi kearifan lokal masyarakat di sekitar radius lima kilometer dari puncak Gunung Merapi, yang rencananya akan direlokasi.

"Kearifan lokal penduduk lereng merapi inilah yang selama ini mendukung kelangsungan hidup mereka," katanya di Semarang, Selasa.

Sudharto yang juga Rektor terpilih Universitas Diponegoro Semarang itu menjelaskan, kearifan lokal yang selama ini dianut oleh para penduduk lereng Merapi telah sesuai dengan kondisi alam di gunung berapi yang berada di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta ini.

Oleh karena itu, lanjut dia, rencana relokasi para penduduk ini harus mengakomodasi masukan dari para warga itu sendiri.

"Jangan menggunakan pola `top down` dalam menentukan kebijakan relokasi warga ini," katanya.

Dengan pola semacam ini, kata dia, masyarakat yang direlokasi akan lebih cepat untuk hidup mandiri, setelah mereka tidak memperoleh bantuan lagi pascarelokasi.

Menurut dia, para penduduk di lereng Merapi yang masuk dalam kawasan rawan bencana tersebut, sesungguhnya tidak perlu direlokasi, jika lingkungan di sekitar gung ini masih terjaga.

Ia menuturkan, maraknya penebangan liar serta kegiatan penambangan galian C telah menyebabkan rusaknya habitat di kawasan sekitar lereng gunung berapi teraktif di dunia tersebut.

"Habitat yang rusak menyebabkan tanda-tanda alam Merapi sulit dideteksi masyarakat. Terlebih lagi, pola erupsi gunung ini juga berubah," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu pula segera dilakukan pemulihan terhadap lingkungan di sekitar lereng gunung ini.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo menyatakan proses pendataan penduduk lereng Gunung Merapi di radius lima kilometer harus segera dimulai, meski gunung berapi ini masih menunjukkan aktivitas vulkaniknya.

"Penyusunan data sementara harus cepat. Kalau menunggu data riil lapangan, nanti terlalu lama," kata gubernur.

Ia menjelaskan, tempat tinggal penduduk di radius lima kilometer yang jumlahnya mencapai 53.000 jiwa ini, sebagian besar rusak parah akibat erupsi Merapi.

"Mereka tidak bisa pulang karena sudah tidak punya tempat tinggal," katanya.

Warga sebanyak itu yang tersebar di Kabupaten Klaten, Boyolali, dan Magelang, kata dia, akan direlokasi ke tempat baru yang berjarak 15 kilometer dari puncak Merapi.
(T.I021/A030/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010