Yogyakarta (ANTARA News) - Kalangan warga korban letusan Gunung Merapi yang terelatk di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dinilai sering mengabaikan kesehatan sehingga dikhawatirkan rentan terkena serangan berbagai penyakit, kata sumber.

"Kami mengimbau kalangan warga yang menjadi korban letusan Gunung Merapi agar mewaspadai penyebaran penyakit pascaerupsi karena mereka sering mengabaikan kesehatan dan malah memprioritaskan hal lain," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Daryanto Chadori, di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, jika masalah kesehatan tidak menjadi prioritas kalangan warga korban letusan Gunung Merapi, maka dikawatirkan banyak penyebaran berbagai penyakit yang mungkin terjadi karena lingkungan sekitar yang kurang sehat.

Ia mengatakan penyakit yang mungkin muncul di antaranya dari bangkai hewan, unggas, dan manusia yang belum ditimbun maupun yang telah tertutup abu vulkanik Gunung Merapi.

"Jika kualitas lingkungan yang sehat tidak terjaga maka masalah yang akan muncul terjadi wabah berbagai penyakit seperti campak, penyakit kulit, pernapasan saluran akut, pencernaan, pes, dan lainnya," katanya.

Dia mengatakan jika wabah penyakit di kawasan Gunung Merapi tidak muncul, maka Dinas Kesehatan telah melakukan beberapa langkah di antaranya penyediaan/pengamanan air bersih, pengamanan pembuangan kotoran manusia, dan limbah cair domestik.

Bahkan, katanya, Dinas Kesehatan telah melakukan pengamanan pembuangan sampah, pengendalian vektor, pengendalian tikus, pengamanan makanan/minuman, dan desinfeksi permukinan.

Ia mengatakan dalam rangka mewujudkan lingkungan masyarakat yang sehat pascaerupsi Gunung Merapi perlu digalakkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"PHBS ini tidak hanya ditujukan untuk kalangan masyarakat korban erupsi Gunung Merapi, namun juga dilakukan di tempat-tempat umum, lingkungan sekolah, dan lingkungan kerja," katanya.  (B015*E013/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010