Jakarta (ANTARA News) - Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk,, Hasnul Suhaimi, mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga dalam penggunaan jejaring sosial facebook dalam peringkat negara-negara di dunia yang membuktikan penduduk Indonesia sedang berada dalam era Internet bergerak (mobile).

Hal ini dikemukakannya dalam pembicaraan eksklusif dengan Oxford Business Group (OBG), sebuah perusahaan publikasi, riset dan penyedia konsultasiglobal di Jakarta, Kamis.

Menurut Hasnul, murahnya harga telepon dan tarif internet sebagai penyebab telepon seluler menjadi lebih mudah dijangkau oleh pelanggan yang lebih luas di seluruh negeri, situs jejaring sosial, seperti facebook dan twitter juga telah mendongkrak penggunaan layanan tersebut.

"Sekitar 30 juta rakyat Indonesia mengakses Internet dan lebih 12.5 juta hingga 13 juta pelanggan XL telah terhubung dengan dunia maya melalui piranti genggam mereka, " katanya.

Ia menimpali, "Kami yakin angka-angka ini akan terus meningkat."

Hasnul menjelaskan, XL berencana untuk menyalurkan investasi yang lebih besar lagi ke dalam teknologi 3G, yang telah memainkan peran penting dalam penyediaan jaringan pita lebar nirkabel, untuk meningkatkan rata-rata pendapatan dari pelanggan (average revenue per user/ARPU).

"Ketika 3G diluncurkan di 2006, XL memfokuskan pada peningkatan teknologi pita lebar nirkabel dan layanan terkait lainnya, seperti penjualan dongle," ucapnya. Dongle adalah piranti yang ditancapkan pada komputer/notebook, yang antara lain berfungsi sebagai modem untuk mengakses Internet.

XL, lanjut dia juga menaruh perhatian pada pemanfaatan teknologi layanan paket radio (General Packet Radio Service /GPRS) untuk layanan data, yang diharapkan menjadi titik pertumbuhan yang menjanjikan bagi perusahaannya.

Ia menjelaskan, pendapatan XL melonjak dengan signifikan setelah mendorong pelanggan untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi ini untuk layanan data.

Hasnul percaya keunikan pasar telepon selular Indonesia, yang karakteristiknya hampir 100% merupakan pelanggan prabayar, akan dapat menghasilkan berbagai peluang bagi penyedia jasa untuk untuk berkembang, meski dia menyadari betapa ketatnya kompetisi di sektor bisnis ini.

"Saat ini, telah beredar sekitar 190 juta kartu SIM di pasar, tapi hanya 120 juta yang benar-benar di tangan pelanggan, jadi masih ada ruang yang luas untuk pertumbuhan pasar," katanya.

Ia menimpali, "Tapi, kami juga yakin bahwa terlalu banyaknya pemain di pasar dan penurunan tarif baru-baru ini, akan memaksa pemain-pemain kecil untuk berkonsolidasi dalam lima tahun ke depan."

Hasnul juga mengharapkan, pemerintah memberikan dukungan yang lebih besar bagi sektor yang terus berkembang dengan pesat ini, dan menggaris bawahi pembebasan frekuensi pita lebar (bandwidth) Internet, insentif ekonomi untuk meredam beban biaya, dan pembangunan infrastruktur.
(T.H-CS/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010