Jakarta (ANTARA News) - Cukup dengan membual, seorang pria 24 tahun bisa diterima di universitas terkemuka Harvard di Amerika Serikat lalu mendapat berbagai beasiswa dan penghargaan. Rencana yang dia jalankan berlangsung mulus. Masalahnya, Adam Wheeler tidak pernah bisa mengendalikan nafsu tipu-tipu. Dia terus mengirim aplikasi untuk meraup dana dari beasiswa dan dana penelitian.

Akhirnya, semua kebohongan Wheeler terungkap gara-gara dia menulis portofolio yang terlalu hebat hingga mengundang kecurigaan tim penyeleksi beasiswa bergengsi Rhodes dan Fullbright.

Saat kebohongannya terungkap baru-baru ini, Wheeler sudah meraup lebih dari 40 ribu dolar (sekitar Rp352 juta) dalam bentuk hibah dan berbagai penghargaan.

Setelah kasusnya terbongkar dan dia diseret ke pengadilan, Wheeler dijatuhi 10 tahun masa percobaan dan harus membayar 45.806 dolar ke Harvard.

Dia mengaku bersalah atas 20 dakwaan antara lain penipuan dan pencurian, identitas palsu dan gelar akademik palsu.

"Aku malu dan menanggung aib dari kelakuanku," katanya di pengadilan Massachusetts, dengan suara yang begitu tenang, nyaris menyerupai bisikan. "Sebisa mungkin, saya ingin menjadikan ini masa lalu dan saya melangkah maju."

Belang Wheeler sudah dimulai pada 2007 ketika ia dikeluarkan dari Bowdoin College di Maine karena plagiarisme. Alih-alih insaf, dia membangun satu persona baru yang penuh kepalsuan.

Aplikasinya ke Harvard berhasil karena dalam lamarannya dia menulis telah lulus dari Akademi Phillips yang elit di Andover, Massachusetts - padahal SMA-nya sekolah negeri di Delaware. Dia juga mengaku punya  rekor sempurna pada kemampuan akademik di MIT.

Setelah diterima di Harvard, dia makin tergila-gila dengan bualannya. Wheeler membuat resume yang membanggakan yaitu menulis dua buku dan menjadi anggota penulis di empat buku lainnya termasuk memberi ceramah dalam studi tentang Armenia, padahal semua itu omong kosong.

Ia memenangi penghargaan Hoopes sebesar 4 ribu dolar, penghargaan Sargent 2ribu dolar dan hibah penelitian Rockefeller 8 ribu dolar, cukup dengan modal plagiarisme.

Aplikasi yang dia kirim untuk beasiswa Rhodes dan Fulbright diperiksa oleh seorang profesor bahasa Inggris Harvard yang melihat ada tumpang tindih antara aplikasi Wheeler dengan karya seorang rekan profesor itu.

Wheeler kemudian diselidiki dan sebelum dikeluarkan dia lebih dulu mengundurkan diri dari Harvard.

Dia kapok? sama sekali tidak. Wheeler mengajukan transfer ke empat universitas lain dan sempat diterima oleh dua di antaranya hingga kasusnya tercium dan dia batal diterima.

Hukuman masa percobaan untuk Wheeler juga mencakup larangan masuk ke Harvard serta meraup keuntungan dari petualangannya yang penuh kebohongan. Dia juga wajib menjalani terapi. Pria itu kini kerja paruh waktu di bagian amal di Massachusetts dengan upah minimum.

Koran terbitan Inggris Guardian berandai-andai, jika saja Wheeler dapat mengekang nafsunya, dia sekarang telah lulus dari Harvard dan masa depannya cerah.
(A038/A038/BRT)

Penerjemah: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010