Semarang (ANTARA News) - DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah optimistis bahwa penjualan rumah, terutama tipe sederhana, pada 2011 bakal melesat menyusul kebijakan pemberian subsidi bunga yang lebih menguntungkan konsumen.

Ketua REI Jateng Sudjadi ketika dihubungi di Semarang, Jumat, mengatakan, kebijakan pemerintah mengucurkan subsidi bunga menjadi 8,5 persen per tahun flat (tetap) untuk masa pinjaman hingga 15 tahun, bakal mendorong daya beli masyarakat menengah ke bawah.

Apalagi, katanya, beban uang muka yang ditanggung konsumen juga relatif terjangkau, sekitar 10 persen dari harga jual.

Pemerintah juga menetapkan batasan harga rumah tapak sederhana (RTS - dulu RSS atau rumah sehat sederhana) hingga Rp90 juta/unit. Sebelumnya, pemerintah hanya memberikan subsidi dengan masa angsuran yang terbatas dan harga rumah subsidi maksimal hanya Rp55 juta/unit.

"Peraturan Menteri Perumahan Nomor 11, 12, dan 13 Tahun 2010 menjadikan beban bunga konsumen lebih rendah. Pengembang juga lebih leluasa membangun perumahan dengan adanya penyesuaian batasan harga baru RTS," katanya.

Menurut Sudjadi, beban yang dipikul konsumen RTS memang jauh lebih ringan karena suku bunga komersial perbankan saat ini sekitar 13-14 persen/tahun sehingga ada selisih beban bunga 4-5 persen/tahun.

Nilai rupiah dari selisih itu, katanya, sangat signifikan bila dihitung akumulasi masa kredit hingga 15 tahun.

Perubahan kebijakan yang memberi keleluasaan bagi pengembang dan kemudahan konsumen itulah yang menyebabkan REI Jateng pada 2011 berani mematok produksi 25 persen lebih tinggi dibandingkan target 2010.

Pada 2010, REI Jateng menargetkan produksi 8.000 unit, namun menurut dia, karena masih terbentur patokan harga RSS maksimal hanya Rp55 juta, pihaknya tidak bisa memenuhi rencana produksi.

Pada tahun lalu jumlah rumah yang bisa diproduksi para pengembang yang tergabung dalam REI hanya sekitar 6.000 unit, termasuk rumah menengah dan atas.

Sudjadi optimistis anggota REI Jateng pada 2011 bisa mewujudkan rencana produksi hingga 10.000 unit, dengan komposisi sekitar 8.000 unit RTS dan 2.000 rumah menengah atas tanpa subsidi.

"Pangsa pasar RTS memang sangat besar, namun rumah tipe menengah dan besar juga masih prospektif," katanya.

Perubahan istilah RSS menjadi RTS untuk menekankan adanya perbedaan antara rumah susun dengan rumah yang berdiri di atas lahan atau tapak.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011