Padang (ANTARA News) - Ulama Sumatera Barat, Prof. Dr. Duski Samad menilai yang disampaikan para tokoh lintas agama baru-baru ini terhadap pemerintah sebetulnya nasehat atau tauziyah, bukan kritikan.

"Saya melihat apa yang disampaikan para pemuka agama terhadap pemerintah masih dalam tataran tauziyah. Awalnya bagus tetapi setelah masuh ke ranah publik banyak muncul salah tafsir," kata Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang itu, ketika diminta tanggapannya di Padang, Senin.

Menurut Duski, masyarakat atau publik harus bisa membedakan atau memahami antara nasehat dengan kritikan, karena motif yang terkandung dildalamnya serta cara penyampaikannya yang berbeda.

Tauziah bertujuan untuk menasehati yang disampaikan dengan pertimbangan ada kebenaran, penuh kesabaran dan penuh kesantunan. Sedangkan kalau sudah kritikan mengandung unsur adanya ketikpuasan dan curiga serta pertimbangannya lebih kepada perasaan.

Jadi, menurut dia, apa yang disampaikan para tokoh lintas agama di hulunya bagus, tapi dalam proses perjalanannya menuju hilir banyak yang salah tafsir.

Apalagi ketika sudah masuk ranah publik, sehingga kalangan elit yang berkepentingan sudah membonceng di wilayah nasehat yang disampaikan para pemuka agama tersebut.

Menurut dia, bila pemerintah menyikapi dengan jernih, dan melaksanakan nasehat yang diberikan, tentu dengan sendirinya masyarakat bisa memahami.

"Kita juga meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk lebih berhati-hati untuk menyikapi dan memberikan komentar terhadap masalah itu," katanya.

Kesempatan itu, mantan Asisten III Direktur Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang itu, berharap media massa juga ikut melihat dengan kaca mata yang jernih.

"Jangan diantuk-antukan (diadu--,red) antara pemerintah dengan ulama, karena dampaknya tidak baik. Dan para tokok agama tentu membutuhkan ketenangan dan kesabaran dalam menyampaikan nasehat," katanya.

Menyinggung respons mayarakat dan pemuka agama di Sumbar terhadap pernyataan para tokoh lintas agama itu, Duski menilai, tidak menunjukan respons.

Malahan kalau di Sumbar, tambahnya, gubernur malah `manantang` para ulama dan tokoh adat untuk menyodorkan program-program ke pemerintah daerah.

"Sepanjang ummarah/pemimpin masih menghargai tokoh agama, tentu masyarakat akan mengkuti para tokoh agama tersebut," katanya. (SA/Y006/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011