Gunung Kidul (ANTARA News) - Karlsruher Institute For Technology Jerman akan menguji sistem pengangkatan air bawah tanah di Seropan, kawasan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarya (DIY), sebagai kelanjutan dari proyek Bribin kedua.

Mediator tim Jerman dan Gunung Kidul untuk proyek Bribin, Solichin, di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan bahwa tim yang sama dari Jerman akan menguji sistem Bribin di Seropan tahun ini dengan teknik yang berbeda.

Menurut dia, sistem Bribin di Seropan menggunakan pipa kayu untuk membangkitkan energi listrik, yang mengalirkan air ke pemukiman warga.

Ia mengatakan pipa kayu itu akan dirangkai di dalam gua.

"Tim Jerman memastikan kayu yang dirangkai di dalam gua awet dan tidak mudah lapuk asalkan tidak terkena sinar matahari," katanya.

Menurut dia, di Seropan tidak menggunakan sistem bendung air karena di Seropan terdapat air terjun.

Ia mengatakan sistem Bribin di Seropan ditargetkan memenuhi kebutuhan air untuk 80.000 kepala keluarga.

Untuk sistem Bribin Seropan, kata dia akan memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Ponjong, Wonosari dan Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.

Ia mengatakan melalui dua sistem ini, tim Jerman akan melihat kelemahan dan keunggulan masing-masing.

"Dua sistem pengangkatan air bawah tanah ini akan dipilih yang paling cocok untuk kawasan Gunung Kidul," katanya.

Solichin menjelaskan untuk proyek Bribin di Dusun Sindon, Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu saat ini mampu mengalirkan air sebanyak 121 meter kubik per jam untuk warga di Kecamatan Semanu, Rongkop dan Tepus.

"Untuk teknis penyaluran air langsung ditangani Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM)," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011