Lebak (ANTARA News) - Harga sayuran di Pasar Tradisional Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, selama dua hari terakhir ini melonjak naik akibat kondisi cuaca musim hujan yang melanda beberapa daerah sentra penghasil sayuran kebanjiran.

Dari pantauan, Rabu, sejumlah pedagang sayuran di Pasar Rangkasbitung, terpaksa menaikan harga sayuran hingga 100 persen dari harga sebelumnya.

Harga kol, misalnya, semula Rp2.000/kg naik menjadi Rp4.000/kg, wortel dari Rp2.500/kg naik Rp5.000/kg, kentang sebelumnya Rp4.000/kg menjadi Rp5.000./kg dan cabe rawit dari Rp14.000/kg menjadi Rp28.000/kg.

Selain itu, kacang panjang semula Rp3.000/kg naik menjadi Rp6.000/kg, terong dari Rp3.000/kg menjadi Rp5.000/kg, dan tomat semula Rp4.000/kg naik menjadi Rp8.000/kg.

Kenaikan harga sayur-sayuran ini karena kondisi cuaca yang kurang baik untuk bertani dan banjir yang terjadi di beberapa sentra penghasil sayur.

Akibatnya, pasokan sayur mayur ke pasaran pun berkurang, sehingga terjadi kenaikan drastis hingga ke tangan pedagang pengecer.

Itoh, salah seorang pedagang sayuran di Pasar Rangkasbitung, mengeluhkan omset penjualan turun sekitar 50 persen dari hari sebelumnya akibat terjadi kenaikan harga sayuran tersebut.

Selain itu, pasokan sayuran jumlah sangat terbatas sehingga banyak pedagang memutuskan tidak berjualan.

Begitu pula Yanti (35), pedagang lainya di Pasar Rangkasbitung, mengatakan, sejak terjadi kenaikan harga sayuran mengakibatkan jualannya sepi.

"Selama tiga jam berjualan baru dapat uang sebesar Rp250 ribu, padahal di hari normal sudah mencapai Rp750 ribu," katanya.

Sementara itu, beberapa warga Rangkasbitung, mengeluhkan dengan kenaikan harga sayuran karena biaya uang dapur harian menjadi bertambah.

"Saya sehari eblanja sayuran Rp20 ribu naik emnajdi Rp30 ribu," kata Uni (35) warga Rangkasbitung.

Selain harga sayuran yang melonjak, harga minyak goreng dari Rp6.500 per liter menjadi Rp8.000 per liter dan harga minyak tanah dari Rp6.000 per liter naik menjadi Rp9.000 per liter.

Disamping harganya yang mahal, minyak tanah juga umumnya susah dicari.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009