London (ANTARA News) - Putri sulung Sri Sultan Hamengkubowono X, GKR Pembayun, mengungkapkan bahwa ayahnya bermaksud menjadikan Yogyakarta sebagai provinsi cyber pertama, dengan akses Internet untuk semua orang.

Hal itu diungkapkan Putri Pembayun saat memberikan keynote speech pada pertemuan The Education World Forum 2012 yang diadakan di gedung The Queen Elizabeth II Conference Centre, London, Inggris yang berlangsung selama tiga hari dari 9 hingga 11 Januari.

Forum Pendidikan dihadiri sekitar 63 menteri pendidikan atau wakilnya di seluruh dunia, sementara Indonesia diwakili Atase Pendidikan KBRI T. A. Fauzi Soelaiman, mendapat dukungan Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris, Departemen Pendidikan, Departemen Inovasi Bisnis dan Keterampilan, British Council dan mitra industri diantaranya Microsoft dan Intel.

"Saya diminta untuk mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Mohammad Nuh yang tidak dapat hadir," ujar Atase Pendidikan KBRI T. A. Fauzi Soelaiman kepada ANTARA London, Rabu malam.

Dalam forum pendidikan dunia "Education World Forum 2012" bertema "Learning from the best for a world of change," Putri Pembayun mengawali sambutannya dengan menyapa peserta dengan ucapan "Selamat sore, good afternoon in Indonesian. My name is Gusti Pembayun, I am the daughter of the Sultan of Yogyakarta," ujar Pembayun.

Dikatakannya Yogyakarta adalah sebuah kota tua dan kabupaten yang terkenal terletak di pulau Jawa yang paling padat penduduknya. Yogjakarta yang sering disebut dengan "ring of fire," di mana gunung berapi menjadi pemandangan yang sangat dominan. Letusan secara teratur membuat masyarakat ketakutan. Gunung Merapi merupakan gunung api yang paling aktif dengan resiko sangat tinggi.

Dikatakannya mungkin anda bertanya-tanya apa mungkin seorang putri kuno dari Kesultanan Jawa memberi sambutan dalam pertemuan penting dan dihadiri orang-orang penting begitu banyak dalam bidang pendidikan, ujar Putri Pembayun. "After all you are here to learn about the newest rather than traditional aspects in education," ujar Putri Pembayun yang menyebutkan bahwa ia diminta untuk memberikan sambutan dalam forum pendidikan dunia .

Menurut Pembayun, selama perang Napoleon from 1811-1814 Inggris Sir Thomas Stamford Raffles mengendalikan Indonesia sebelum menemukan Singapura dan Pangeran Charles sering berkunjung ke Indonesia.

Dalam pertemuan itu Putri Pembayun menjelaskan Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dan hanya 6.000 pulau yang dihuni dan merupakan negara terpadat keempat di dunia. Indonesia memiliki sumber daya alam yang luas dan saat ini salah satu pertumbuhan ekonomi tercepat di seluruh dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

"Kami juga diberkahi dengan mega biodiversity dan berbagai budaya yang bervariasi . Meskipun aspek-aspek positif, namun, pada saat yang sama juga menghadapi banyak tantangan," ujar Putri Pembayun .

Misalnya Indonesia penyumbang terbesar ketiga untuk pemanasan global setelah China dan Amerika Serikat, tetapi bertentangan dengan negara-negara industri emisi 80 persen berasal dari kerusakan alam terutama deforestasi lahan gambut hutan yang merupakan rumah dari orangutan. "Kami khawatir ... karena dengan negara pulau harus membayar harga tinggi untuk perubahan iklim," ujarnya.

Menurut Putri Pembayun, Indonesia negeri kepulauan yang kaya berada di khatulistiwa dengan berbagai masalahnya serta peluang dan curah hujan serta matahari jelas pendidikan sangat penting untuk masa depan kami. Pulau Jawa, memiliki lebih dari 140 juta orang, mewakili 57 persen dari populasi Indonesia, dimana sekitar 45 juta siswa terlibat dalam program pendidikan.


Progresif dalam Pendidikan

"Distrik kami, Yogyakarta, memimpin agenda pendidikan di Indonesia, saat ini dengan 136 lembaga pendidikan tinggi, 2,035 sekolah, dan hampir satu juta siswa," ujar menambahkan anak muda perlu dipersiapkan dengan keterampilan yang akan menjamin mereka pekerjaan, penghasilan dan pemahaman tentang masa depan yang berkelanjutan. Dalam dunia yang semakin terhubung, pekerjaan ini harus berorientasi juga melampaui batas-batas fisik kita.

"Keluarga saya memiliki garis keturunan kerajaan lama. Ayah saya Sultan Hamengku Buwono X, adalah gubernur, yang mewakili pemerintah untuk wilayah khusus Yogyakarta, pemimpin tradisional dan dihormati jutaan orang Jawa.

Meskipun kami berasal dari keturunan kerajaan tua ayah saya sangat progresif dalam pendidikan. Saya berharapan teknologi modern akan dapat mengubah kehidupan orang-orang muda dan Yogyakarta terus menjadi pusat dan pemimpin dalam dunia pendidikan terbaik di Indonesia.

Dengan bantuan dari Microsoft, saat ini lebih dari 50 persen sekolah terhubung dengan Internet, dan kami akan terus meningkatkan akses ke teknologi dan dunia melalui peluang online yang sangat cepat.

"Ayahku bermaksud untuk Yogyakarta menjadi provinsi cyber pertama, dengan akses Internet untuk semua orang. Konektivitas di pulau Jawa dapat meningkat dengan cepat dan kesempatan bagi kaum muda untuk terlibat dalam pengalaman belajar baru yang terus meningkat.

Konektivitas, bagaimanapun, merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang sebenarnya adalah menemukan cara bahwa teknologi dapat memungkinkan orang-orang muda di sekolah-sekolah untuk belajar lebih, untuk belajar dengan cara yang lebih baik, dan untuk memahami konsep dan tingkat kompleksitas mereka tidak dapat mencapai tanpa teknologi.

Sementara kami ingin Jawa menjadi kompetitif untuk itu kami perlu berkolaborasi. Sebuah Jawa kuno mengatakan "Ngangsu banyuing kranjang" memberitahu kita untuk tidak membawa air dalam keranjang anyaman. Jadi kita ingin mendapatkan yang benar dari awal.

Pada akhir sambutannya Putri Pendayum mengutip pribahasa kuno "Tut wuri handayani", atau di Jawa asli: "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani", Marilah kita semua menjadi guru, demikian Putri Pendayum.

Atase Pendidikan KBRI T. A. Fauzi Soelaiman, mengatakan bahwa Forum Pendidikan Dunia 2012 itu secara resmi ditutup putra Ratu Inggris, Pangeran Andrew. The Duke of York dalam jamuan makan malam yang dihadiri oleh seluruh peserta. (ZG)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012