Purwokerto (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Bandung telah meningkatkan status Gunung Slamet yang terletak di Jawa Tengah, dari waspada (level ll) menjadi siaga (level III) sejak Kamis (23/4), pukul 18.00 WIB.

Kepala PVMBG Surono saat dihubungi dari ANTARA dari Purwokerto membenarkan adanya peningkatan status Gunung Slamet dari waspada (level II) menjadi siaga (level III).

Menurut Surono, peningkatan status tersebut berdasarkan pemantauan pada Kamis (23/4) hingga pukul 16.13 WIB, terekam 52 kejadian gempa hembusan (permukaan) dengan amplitudo maksimum 3-10 milimeter dengan lama gempa 5-55 detik.

Gempa tremor terus-menerus dari pukul 00.00 WIB - 16.13 WIB, dengan amplitudo maksimum 0,5-6 mm.

Secara visual, pada pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB, cuaca cerah, angin tenang, dan dari puncak Gunung Slamet terlihat asap putih tebal kecoklatan dengan tinggi 100-500 meter yang bertekanan kuat.

Sementara pada pukul 06.00 WIB-16.13 WIB, cuaca cerah, asap putih kecoklatan tebal dengan tinggi 100-800 meter, bertekanan kuat, dan bergerak cenderung ke arah barat.

Berdasarkan pengamatan tersebut, kata Surono, dapat disimpulkan terjadi peningkatan kegiatan Gunung Slamet yang ditandai oleh peningkatan gempa permukaan dan gempa tremor vulkanik, temperatur air panas, dan kejadian letusan asap.

"Berdasarkan data visual, kegempaan dan temperatur air panas maka terhitung sejak 23 April 2009, pukul 18.00 WIB, status Gunung Slamet dinaikan dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III)," katanya.

Menurut dia, letusan tersebut berpotensi terjadinya hujan abu yang melanda Kecamatan Bojong dan Bumijawa di Kabupaten Tegal dan Kecamatan Pulosari di Kabupaten Pemalang.

Ia mengatakan, abu letusan dapat merusak tanaman dan jika terhirup oleh manusia dapat menyebabkan insfeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Dengan adanya peningkatan status tersebut, kata dia, PVMBG merekomendasikan untuk tidak melakukan pendakian ke puncak Gunung Slamet.

"Jika terjadi hujan abu lebat, masyarakat dianjurkan menggunakan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi terhadap gangguan saluran pernapasan," katanya.

Ia menambahkan, jika terjadi hujan abu lebat penduduk harap menutup sumber air agar tidak tercemar abu vulkanik.

Meski statusnya telah siaga, kata dia, belum perlu dilakukan pengungsian.

Ia mengharapkan, pemerintah daerah mensosialisaikan rekomendasi PVMBG kepada masyarakat di sekitar Gunung Slamet.

"Masyarakat di sekitar Gunung Slamet diharap tenang dan tetap siaga, tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunung Slamet," katanya.

Menurut dia, PVMBG selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten (Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, Purbalingga) tentang aktivitas Gunung Slamet sehingga masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari aparat pemerintah setempat.

Selain itu, kata dia, pemerintah daerah diharapkan senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

Gunung Slamet merupakan gunung api strato berbentuk kerucut dengan ketinggian 3.432 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Gunung Slamet secara administratif masuk ke dalam lima wilayah kabupaten di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes. (*)

Pewarta:
Editor: Guntur Mulyo W
Copyright © ANTARA 2009