Semarang (ANTARA News) - Ustad Abu Bakar Baasyir menyebut Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII), Abdurrahman Assegaf, sebagai preman terkait pernyataannya bahwa pelaku pemboman di Jakarta adalah alumnus Pondok Pesantren Ngruki, Sukoharjo, Jateng.

"Abdurrahman Assegaf itu bukan habib, dia itu preman. Semua habib sudah bilang kepada saya kalau dia bukan seorang habib," kata Baasyir usai mengisi pengajian di Masjid Al Ikhlas di Semarang, Sabtu malam.

Selain menyebut Abdurrahman Assegaf sebagai preman, Baasyir juga mengatkan bahwa yang bersangkutan diduga seorang informan yang diperalat oleh polisi.

"Berdasarkan informasi yang saya terima, dia itu (Abdurrahman Assegaf, red) juga diduga sebagai informan yang diperalat oleh polisi," kata dia.

Mengenai hasil test doxyribonucleic acid (DNA) keluarga Nur Sahid dan Ibrahim yang tidak cocok dengan dua mayat di lokasi pengeboman, Baasyir mengatakan hal itu wajar.

"Yang namanya orang keliru itu wajar, asal yang penting dia itu jujur. Keliru tidak bisa kita salahkan," katanya.

Ketika ditanya mengenai peledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton di Kawasan Mega kuningan Jakarta beberapa yang lalu, Baasyir mengatakan aksi itu jihad atau teroris tergantung tujuannya.

"Kalau memang yang melakukan peledakan bom itu bertujuan untuk membela Islam dan kaum muslimin, itu jelas jihad. Hanya mungkin caranya saja yang perlu dipersoalkan dan keliru," ujarnya.

Dia menambahkan, di kalangan pemuda Islam tidak ada yang namanya teroris. "Yang teroris itu adalah negara Amerika Serikat," katanya.

Dia juga mengaku sama sekali tidak mengenal Maruto (25), yang disebut-sebut sebagai orang yang pernah merawat buronan polisi, Noordin M Top, selama dalam pelarian.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009