Padang (ANTARA News) - Bangunan Museum Adityawarman Sumatra Barat yang terletak di Jalan Diponegoro Kota Padang mengalami rusak berat akibat gempa 30 September lalu, meskipun bangunannya dari luar tampak utuh.

"Bangunan Museum Adityawarman rusak pada tiang, dinding beserta benda-benda bersejarah mengalami rusak berat akibat gempa lalu," kata Kepala Museum Adityawarman Sumbar, Dra. Usria Dhavida di Padang, Senin.

Dia mejelaskan, sejak pascagempa pegawai pun belum berani masuk ke dalam bangunan Museum karena melihat kondisi di dalamnya banyak retak dan tiang-tiangnya.

Dampaknya benda-benda bersejarah itu, yang berserakan dan ada yang pecah akibat guncangan gempa di lantai satu dan dua bangunan itu belum dibersihkan.

Selain petugas khawatir masuk dalam banguna Museum, juga benda-benda bersejarah yang berserakan disarankan tim Unesco untuk tak diganggu dulu.

"Tim Unesco perwakilan di Jakarta sudah memantau keadaan bangunan. Mereka menyarankan benda-benda bersejarah tersebut tak gubris dulu," katanya dan menambahkan tim Unesco itu, juga menjanjikan akan mendatangkan tim ahli.

Kendati demikian, berkaitan dengan masalah kondisi bangunan yang bergonjong tujuh itu, sudah disampaikan ke Dinas Pekerjaan Umum (PU) provinsi.

"Kita tentu butuh kepastian dari yang ahli mengenai bangunan, apakah layak ditempati atau tidak. Kita berharap bisa peninjauan secepatanya,"katanya dan menambahkan, perlu segera perbaikan tiang-tiang yang rusak karena berpotensi ambruk.

Menyinggung antisipasi perjarahan terhadap benda-benda bersejarah itu, Usrida mengatakan, semua pintu sudah ditutup rapi dan satuan petugas keamanan ada yang menjaga.

"Kita belum pasti kapan melayani pengunjung, karena menunggu kepastian layak atau tidaknya dari instansi terkait serta tim ahli untuk memastikan benda-benda bersejarah yang rusak," katanya.

Museum Adityawarman merupakan satu potensi wisata sejarah di Sumbar, karena terdapat beragam koleksi peninggalan sejarah dan purbakala. Saat libur sekolah ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah di luar provinsi itu.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009