Indramayu (ANTARA News) - Selama dua pekan terakhir harga beras di sejumlah pasar tradisional yang ada di wilayah pantai utara Indramayu, Jawa Barat, mengalami kenaikan meskipun pasokan dari pabrik penggilingan beras setempat lancar.

H.Usman seorang pedagang besar grosir di desa Sindang Indramayu, Jumat mengatakan,kenaikan harga beras terjadi selama dua pekan padahal pasokan dari sejumlah pabrik penggilingan besar stabil,namun permintaan dari luar kota seperti Jakarta, Bogor,Tangerang terus meningkat.

"Permintaan beras keluar daerah Indramayu meningkat menjelang hari Natal dan tahun baru,setiap tahun memang sering terjadi lonjakan keluar kota,sehingga masyarakat kota setempat harus berani harga tinggi," katanya.

"Harga beras untuk keluar daerah Indramayu biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras lokal,pada awal bulan Desember telah banyak pemesan bandar beras dari Jakarta sehingga terpaksa harga bergerak naik dari minggu kedua antara Rp200 hingga Rp300 perkilogram," katanya.

"Harga beras sebelum naik satu kilogram beras kualitas sedang Rp5000/kg naik lagi menjadi Rp5500/kg hingga sekarang Rp6000 per kilogram," katanya.

"Harga beras kualitas super sebelum naik kurang dari Rp6000 naik menjadi Rp6800/kg sekarang Rp7200/kg harga tersebut akan terus naik bila permintaan luar kota meningkat tajam," katanya.

"Harga beras akan kembali normal setelah panen raya tiga bulan kedepan karena para petani baru memulai musim tanamnya,"ujarnya.

Ibu Rusmini seorang pembeli dipasar kota Indramayu mengaku,harga beras terus naik sehingga terpaksa belanja untuk rumah makannya dikurangi barangkali harganya kembali normal.

Sementara itu pedagang beras keliling Tarman asal desa cikedung Indramayu barat mengaku,selama dua pekan harga beras terus naik,pembeli terkadang sering rewel mereka tidak mengerti kenaikan harga tersebut,sehingga penjualannya menurun.

"Penjualan beras di wilayah Indramayu laris di daerah kota,sedangkan di desanya kurang pembeli karena mereka rata-rata petani dan sudah memiliki persediaan hingga panen berikutnya,"katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009