Jakarta (ANTARA News) - Ribuan orang, Rabu malam, mengikuti tahlilan yang dilaksanakan di Masjid Al Munawwaroh yang persis berada di depan kediaman pribadi almarhum mantan Presiden Abdurrahman Wahid di Jl Warung Sila No. 30, RT 02/ RW 05, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Masyarakat yang mayoritas warga Nahdlatul Ulama (NU) dari berbagai tempat di Jakarta telah berdatangan ke kediaman Gus Dur sejak pukul 19.30 WIB atau beberapa saat kabar wafatnya pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Sejumlah tokoh jkuga terlihat berdatangan ke kediaman Gus Dur antara lain Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, mantan Presiden BJ Habibie, Ketua MPR Taufiq Kiemas, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Adnan Buyung Nasution, mantan Wapres Try Sutrisno, Wakil Sekjen PBNU Saiful Bachri Anshori, mantan Menristek AS Hikam, dan Menakertrans yang juga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Sementara itu, aparat keamanan nampak telah siap siaga di kediaman Gus Dur. Sebanyak satu Satuan Setingkat Kompi (SSK) dari TNI AU, dua pleton marinir, satu pleton Tim Jihandak dari Kodam Jaya dan puluhan polisi dari Polres Jaksel.

Adnan Buyung yang ditemui di kediaman Gus Dur mengatakan, Gus Dur adalah tokoh agama yang mampu persatukan pluralisme beragama dan demokasi dengan mengakui agama Kong Hu Cu pada masa pemerintahannya.

"Indonesia kehilangan cendekiawan yang paling terkemuka," katanya.

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur, Rabu sekitar pukul 18.40 WIB, meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, karena sakit.

KH Abdurrahman Wahid menjabat Presiden RI keempat mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940.

Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, adalah putra pendiri organisasi terbesar Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy`ari. Sedangkan ibunya bernama Hj Sholehah, adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syamsuri.

Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenni), Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009