Padang (ANTARA News) - Pakar gempa dari Universitas Andalas, Badrul Mustapa Kemal, mengatakan isu gempa berkekuatan 8,5 SR disertai tsunami akan terjadi di Pulau Sumatera yang disampaikan Jhon McCloskey, pakar ilmu lingkungan dari Universitas of Ulster Irlandia, harus diuji.

"McCloskey berdasarkan penelitian yang dilakukannya berpegang secara mutlak dengan metode GPS, sebuah metoda baru yang harusnya melalui pengujian-pengujian," kata Badrul Mustapa Kemal di Padang, Rabu.

Badrul menjelaskan, pendapat Jhon McCloskey bukan hal baru, karena ini pernah dilontarkan oleh Danny Hilman tidak lama setelah gempa besar terjadi di Sumbar pada 30 September 2009.

Danny Hilman mengatakan, gempa 30 September 2009 itu belum melepaskan energi siklus 200 tahunan di blok Siberut dengan menganggap gempa 30 September 2009 itu bukan produk dari subduksi (tumbukan lempeng India-Australia terhadap Eurasia).

Jika bukan produk tumbukan, Ferdi mempertanyakan sumber energi gempa besar yang disebut akan terjadi itu, mengingat kalau akibat pergeseran di Sesar mendatar Patahan Mentawai maka sumber gempanya mestinya dangkal.

"Danny Hilman termasuk McCloskey tadi berpegang secara mutlak dengan metode GPS sebuah metoda baru yang seharusnya melalui pengujian-pengujian. Dan tentang Gempa 30 September 2009, itu kekuatannya menurut beberapa sumber yang dikutip CNN lebih dari 8 SR," katanya.

Ia menjelaskan, berdasarkan literatur, di bumi gempa besar di atas 8 SR dalam waktu 10 tahun berjumlah hanya 18 kali.

Apakah mungkin di tempat itu atau yang berdekatan akan terjadi dua kali gempa di atas 8 SR dalam waktu yang berdekatan pula?.

Meski mempertanyakan pendapat McCloskey, Badrul meminta Pemerintah Daerah untuk mengambil hal positinya agar lebih meningkatkan kewaspadaan atau persiapan.

Jalur-jalur evakuasi, shelter dan lain-lain yang sudah direncanakan agar segera direalisasikan. Jalan Alai By Pass dan lainnya harus tuntas tahun 2010. IMB harus betul-betul tepat (tata ruang, konstruksi dan lainnya) dengan pengawasan yang ketat.

Tempat-tempat usaha juga harus diperiksa sebelum diberi izin, apakah jumlah dan besar pintu memadai untuk evakuasi, tangga darurat dan lainnya tersedia.

"Di Sumbar banyak bangunan sebaiknya maksimal bangunan itu didirikan berlantai empat, ini merupakan bagian dari hal positif yang bisa dilakukan dalam merespon isu itu," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010