London (ANTARA News/AFP) - Euro merosot terhadap dolar pada Selasa waktu setempat, yang diuntungkan dari kenaikan suku bunga China tetapi dengan investor masih lebih fokusn pada apa yang Fed Amerika Serikat akan lakukan untuk mendukung ekonomi Amerika.

Dalam perdagangan London, mata uang tunggal Eropa bergeser ke 1,3821 dolar dari 1,3942 dolar di New York pada akhir Senin.

Terhadap mata uang Jepang, dolar naik menjadi 81,75 yen dari 81,21 yen pada Senin.

Dolar mendapat dorongan dari pengumuman bank sentral China, bahwa pihaknya akan menaikkan suku bunga acuan pinjaman satu tahun dan suku bunga deposito masing-masing sebesar 25 poin, sebagai upaya Beijing untuk menahan inflasi dan melambungnya harga properti.

Kenaikan suku bunga pertama dalam hampir tiga tahun datang menjelang data kunci minggu ini yang diperkirakan menunjukkan ekonomi terbesar kedua dunia itu terus melambat pada kuartal ketiga.

Investor bereaksi terhadap kenaikan suku dengan memburu dolar, yang dianggap sebagai tempat yang aman di dalam kondisi ketidakpastian (safe haven), di tengah kekhawatiran bahwa kondisi moneter lebih ketat akan mengakibatkan pertumbuhan yang lambat di China, kata Nick Chamie, kepala penelitian pasar negara berkembang untuk Royal Bank of Canada, yang berbasis di Toronto mengatakan kepada AFP.

"Reaksi spontan awal terhadap kenaikan suku bunga China telah menjual risiko -- dolar lebih kuat, harga komoditas lebih lemah, ekuitas rendah," katanya.

Tetapi keuntungan cenderung menjadi kecil karena investor lebih terfokus pada sejauh mana langkah-langkah Federal Reserve AS akan diambil dalam ekspektasi pelonggaran kuantitatif putaran kedua untuk mendorong pemulihan ekonomi AS yang lesu.

"Momok QE2 terus menggantung dolar dan tanpa perubahan penting dalam harapan berkenaan dengan QE2, setiap pemulihan untuk dolar kemungkinan relatif dangkal," kata Derek Halpenny dari Bank of

Tokyo-Mitsubishi.

Unit bersama zona euro sudah mulai jatuh di New York pada Senin setelah Menteri Keuangan AS Timothy Geithner mengatakan, Washington tidak akan mencoba menekan greenback untuk keuntungan perdagangan.

Mata uang tampaknya akan ditetapkan menjadi topik utama pada pertemuan menteri keuangan G20 di Korea Selatan pada 22-23 Oktober dalam persiapan untuk pertemuan puncak oleh para pemimpin dunia bulan depan.

Sementara Bank Dunia pada Selasa mengatakan, sebuah nilai tukar yuan yang kuat adalah penting di China dan akan membantu mengendalikan inflasi negara dan meningkatkan konsumsi domestik.

"Saya rasa apresiasi riil dari renminbi adalah sesuatu yang mungkin dalam kepentingan China karena berbagai alasan," ekonom terkemuka bank untuk China, Ardo Hansson, mengatakan pada peluncuran laporan perkembangan ekonomi Asia Timur.

Laporan Bank Dunia datang bertepatan China, eksportir terbesar di dunia dan ekonomi terbesar kedua, menghadapi tekanan dari mitra dagang utama untuk membiarkan mata uangnya menguat pada tingkat yang lebih cepat terhadap dolar.

Euro juga terpukul dari laporan bahwa kepercayaan investor Jerman

turun lagi pada Oktober, dengan ahli keuangan terbesar di Eropa memperkirakan ekonomi menjadi "menapak di air" dalam enam bulan mendatang.

Di pasar obligasi Eropa harga melemah, dengan pedagang tidak pasti tentang langkah moneter berikutnya oleh Federal Reserve.

Hasil pada obligasi acuan Obligasi Jerman 10-tahun melebar menjadi 2,416 persen dari 2,382 persen pada Senin. Harga dan hasil obligasi bergerak berlawanan arah.

Di London, euro berpindah tangan pada 1,3821 dolar terhadap 1,3942 dolar akhir di New York pada Senin, menjadi 112,75 yen (113,20), 0,8781 pound (0,8778) dan 1,3406 franc Swiss (1,3371).

Dolar berada pada 81,57 yen (81,21) dan 0,9700 franc Swiss (0,9587). Pound berada pada 1,5738 dolar (1,5878).

Di London Bullion Market, harga emas naik menjadi 1.339 dolar per ounce dari 1.367,25 dolar Senin malam.(*)
(A026/A027/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010