Addis Ababa (ANTARA News/AFP) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Ban Ki-moon Ahad menyerukan semua pihak menahan diri dari aksi-aksi protes politik yang mematikan di Mesir, yang diklaim telah menewaskan lebih dari 100.

Ban mendesak "menahan diri, non-kekerasan dan menghormati hak-hak dasar serta kebebasan dan hak asasi manusia" dalam pidato pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Afrika di Addis Ababa.

"Kita harus mendengarkan penuh perhatian ... suara rakyat, aspirasi mereka, tantangan dan harapan mereka untuk masa depan yang lebih baik," tambahnya.

Mesir telah terlibat dalam kerusuhan mematikan sejak Selasa pada saat para demonstran menuntut Presiden Hosni Mubarak berhenti.

Para demonstran mulai berkumpul di pusat Kairo pada hari keenam protes mereka, Ahad, melawan rezim tersebut.

Ribuan narapidana aebelumnya dlaporkan melarikan diri dari fasilitas penjara Wadi Natrun, di utara ibu kota Kairo, kata seorang pejabat keamanan Ahad, pada saat kerusuhan anti-pemerintah memasuki hari keenam.

Para narapidana itu membuat kewalahan para penjaga pada malam hari, keluar dari fasilitas penjara yang banyak menjebloskan para tahanan politik Islam, dan tumpah ruah ke kota-kota dan desa di dekatnya, pada saat kerusuhan nasional yang menuntut berakhirnya rezim namun menimbulkan penjarahan-penjarahan.

Keamanan terus diperketat, meskipun Presiden Hozni Mubarak telah membubarkan kabinet dan mengumumkan dipilihnya wakil presiden baru dan perdana menteri baru, namun unjukrasa masih marak.

Lebih dari 10 pemrotes tewas dalam bentrokan dengan polisi di dekat gedung Kementerian Dalam Negeri Mesir di Kairo pada Ahad pagi, menurut laporan Al Jazeera.

Sekelompok pengunjuk rasa berusaha menyerbu memasuki bangunan itu, yang terletak di pusat ibukota Mesir, memaksa polisi untuk melepaskan tembakan, kata saluran TV itu.

Di Kantor Gubernur Faiyum, yang terletak sekitar 81 mil (130 kilometer) sebelah barat daya Kairo, orang bersenjata tak dikenal menembak mati kepala sebuah penjara lokal, membebaskan beberapa ratus tahanan, kata Al Jazeera.

Aksi protes anti-pemerintah terus berlanjut untuk hari kelima pada Sabtu di Mesir dengan kerumunan puluhan ribu orang menuntut Presiden Hosni Mubarak mundur setelah tiga dekade berkuasa.

Sebelumnya, Al Jazeera mengatakan sekitar 100 orang tewas dalam bentrokan dengan polisi di Kairo dan kota-kota Mesir lainnya.

Pada Sabtu, Mubarak membubarkan pemerintahan negara dan menunjuk mantan menteri penerbangan sipil, Ahmed Shafiq, sebagai perdana menteri baru, dan memerintahkan dia untuk membentuk kabinet baru.

Sedikitnya 102 orang telah tewas - 33 di antaranya pada Sabtu saja - dalam lima hari kerusuhan anti-pemerintah di Mesir, kata sumber-sumber keamanan dan medis Minggu.

Lebih dari 10 dilaporkan tewas di sekitar kota Beni Sueif, 140 kilometer (85 mil) di selatan Kairo, menjadikan korban tewas di sana mencapai 22 setelah para pemrotes berusaha membakar sebuah kantor polisi, kata para saksi mata.

Jumlah korban meninggal secara keseluruhan sebelumnya dikatakan 92 orang, sejak aksi protes itu meletus pada Selasa.

Tiga orang lainnya tewas hari Sabtu di Kairo, tiga di Rafah di perbatasan dengan Gaza, dan lima di Ismailia, di tepi barat Terusan Suez.

Pada Jumat, 62 orang tewas, termasuk 35 di Kairo, pada hari dengan jumlah kematian terbesar pada protes-protes yang menuntut perubahan rezim di dunia Arab yang paling padat penduduknya itu.

Tujuh orang tewas antara Selasa dan Rabu di Kairo dan di Suez, di tengah protes yang belum pernah terjadi sebelumnya, menuntut penyingkiran Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun.

Beberapa ribu orang juga dilaporkan terluka pada pekan ini.(*)

(Uu.H-AK/B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011