Kairo (ANTARA News) - Presiden Mesir Hosni Mubarak yang sedang menghadapi tantangan menugaskan perdana menteri baru dalam pidatonya Minggu untuk mengambil langkah-langkah mempromosikan demokrasi dengan berbicara dengan oposisi dan memulihkan kepercayaan ekonomi negara.

Pemimpin veteran, yang memecat kabinetnya pada Jumat setelah pemberontakan di negerinya itu, juga mengatakan prioritas perdana menteri baru adalah membatasi pengangguran dan menciptakan pekerjaan baru, sebagaimana dikutip dari AFP.

"Di atas semua itu, dan bersamaan dengan itu, saya menekankan pentingnya mendesak, mencakup seluruh, mengambil langkah-langkah baru dan terus-menerus untuk melakukan reformasi politik, konstitusional dan legislatif, melalui dialog dengan semua pihak," katanya dalam satu pidato yang dimuat oleh media resmi.

Sebelumnya, pada Sabtu, Presiden Mubarak menunjuk kepala intelijen Omar Suleiman sebagai wakil presiden pertama Mesir dalam 30 tahun, dan menunjuk Menteri Penerbangan Ahmad Shafiq sebagai perdana menteri baru.

Langkah itu dilakukan untuk merespon aksi-aksi massa yang menuntut dia mundur.

"Omar Suleiman telah dilantik sebagai wakil Presiden Husni Mubarak," kata kantor berita MENA dalam laporannya.

Suleiman, 74 tahun, adalah direktur Badan Intelijen Umum Mesir sejak 1993, satu posisi di mana dia memainkan peranan penting dalam diplomasi, termasuk dalam hubungan Mesir dengan Israel dan Amerika Serikat.

Sebagai kepala intelijen Mesir, Suleiman bertanggung jawab atas arsip yang paling penting negara dan keamanan politik.

Juga pada Sabtu, Mubarak menunnjuk Menteri Penerbangan Ahmad Shafiq sebagai perdana menteri baru dan meminta dia untuk membentuk kabinet baru.

Kabinet Mesir secara resmi mengundurkan diri selama pertemuan yang diserukan Mubarak, agar mereka mengundurkan diri, menurut stasiun televisi Nil.

Puluhan ribu warga Mesir menentang jam malam dan tetap berada di jalan-jalan kota Kairo pada Sabtu, menuntut pengusiran Mubarak.

Pada saat protes di Mesir memasuki hari kelima, militer memperpanjang jam malam di Kairo, Alexandria dan Suez dari 04:00 waktu setempat (1400 WIB) sampai 8:00 pagi waktu setempat (0600 WIB) pada hari berikutnya.

Namun, jam malam, Jumat malam di Kairo diabaikan oleh pengunjuk rasa yang marah membanjiri jalan-jalan di kota itu, yang berpenduduk sekitar 18 juta dan meneriakkan "Turun, turun, Mubarak," dan "Jangan percaya Mubarak" yang menyimpang dari reformasi yang dijanjikan presiden.

Sedikitnya 50.000 pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota dekat Lapangan Tahrir utama, dan sekitar 1.000 dari mereka mencoba menerobos Kementerian Dalam Negeri, kata televisi Al Jazeera.

Stasiun TV itu juga melaporkan bahwa polisi menembak dan menewaskan sedikitnya tiga demonstran. Tidak ada konfirmasi langsung atau rincian lebih lanjut yang tersedia.

Sebelumnya, kabinet Mesir secara resmi mengundurkan diri selama pertemuan pada Sabtu pagi mengikuti permintaan Presiden Hosni Mubarak, menurut laporan0 stasiun televisi Nil.

Dalam pidato Sabtu pagi, Mubarak mengatakan dia telah meminta pemerintah untuk turun dan kabinet baru akan membawa demokrasi yang lebih baik bagi negara, sebagai tanggapan terhadap aksi-aksi protes nasional.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011