Sanaa/Aden (ANTARA News) - Pasukan keamanan dan pendukung pemerintah Yaman bentrok dengan demonstran di sejumlah kota yang menuntut diakhirinya kekuasaan 32 tahun Presiden Ali Abdullah Saleh sehingga menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai puluhan lain, Jumat.

Beberapa dokter mengatakan, empat orang tewas akibat tembakan di kota pelabuhan Aden, Yaman selatan, dimana sentimen antipemerintah meninggi. Satu orang lagi tewas dalam ledakan granat di Taiz, kota kedua terbesar Yaman.

Sedikitnya 11 orang cedera di Aden, tempat ribuan demonstran yang marah kepada apa yang mereka sebut penggunaan kekuatan berlebihan oleh pasukan keamanan, memadati jalan raya selama berjam-jam.

Sejumlah orang membakar satu bangunan yang dulu digunakan opolisi, sementara beberapa lainnya melemparkan batu ke sebuah kantor pemerintah daerah di jantung kota pelabuhan selatan itu, kata saksi mata seperti dikutip Reuters.

Mereka meneriakkan slogan-glogan menuntut pengunduran diri presiden Yaman, sementara ratusan orang melakukan aksi duduk untuk memprotes pembunuhan demonstran.

Puluhan ribu demonstran juga memadati kota Taiz, 200 kilometer sebelah selatan Sanaa, ibukota Yaman. Satu orang tewas dan 28 lain cedera, tiga diantaranya kritis, ketika sebuah granat tangan dilemparkan ke arah massa dari sebuah mobil, kata seorang dokter.

Seorang pejabat kementerian dalam negeri mengatakan, polisi telah menangkap seorang tersangka, namun demonstran menuduh pemerintah mendalangi serangan itu.

Saleh, yang negaranya dihimpit kemiskinan, saat ini berusaha menumpas Alqaeda, meredam gerakan separatisme di selatan dan menjaga gencatan senjata yang rapuh dengan pemberontak Syiah di wilayah utara.

Saleh mengamati kerusuhan yang meluas di dunia Arab dan telah mengisyaratkan bahwa ia akan berhenti setelah masa tugasnya berakhir pada 2013. Ia sebelumnya memangkas pajak dan menjanjikan kenaikan gaji bagi pegawai negeri dan tentara.

Diilhami oleh revolusi yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari dan demonstrasi antipemerintah di Mesir yang akhirnya menggulingkan Presiden Hosni Mubarak pada Februari, demonstran Yaman juga menuntut pengunduran diri Saleh dalam beberapa waktu terakhir.

Yaman hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Alqaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman yang mencerminkan meningkatnya kekhawatiran atas keberadaan Alqaeda di kawasan tersebut, lapor Wall Street Journal September lalu.(*)

M014

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011