Puluhan tewas ... tidak 15, puluhan. Kita berada di tengah pembantaian di sini"
Tripoli (ANTARA News) - Puluhan demonstran tewas setelah bentrok dengan pasukan keamanan Libya di kota timur Benghazi, Sabtu waktu setempat, demikian seorang saksi mata melukiskan kerusuhan terburuk dalam empat dekade pemerintahan Muammar Gaddafi, seperti dikutip Reuters.

Penembak-penembak jitu melepaskan tembakan ke arah demonstran dari satu kompleks dari mana mereka ditarik, kata warga yang tidak mau disebutkan namanya.

"Puluhan tewas ... tidak 15, puluhan. Kita berada di tengah pembantaian di sini," katanya.

Pria itu mengatakan dia membantu membawa para korban ke rumah sakit setempat.

Pihak berwenang Libya tidak mengizinkan wartawan asing ke negara itu sejak demonstrasi anti-Gaddafi meletus, dan laporan saksi tidak bisa diverifikasi secara independen.

Saksi mengatakan pasukan keamanan telah membentuk garis pertahanan 50 meter (yard) di sekitar pusat komando" tempat mereka mundur, dan menembak kepada siapa saja yang mendekat batas itu.

Dia mengatakan orang-orang tewas setelah pengunjukrasa mencoba menerobos pusat komando tetapi ditembak oleh petugas keamanan dari menara pengintai dan lokasi dekat dengan pusat.

Penduduk lain sebelumnya juga mengatakan pasukan keamanan dibatasi dalam satu kompleks, yang juga disebut "pusat komando."

Lembaga pelindung HAM internasional, Human Rights Watch mengatakan sebelumnya bahwa 84 orang tewas selama tiga hari terakhir menyusul operasi keamanan sengit sebagai tanggapan atas aksi-aksi antipemerintah yang berupaya meniru demonstrasi di negara tetangga Mesir dan Tunisia.

Kekerasan itu terkonsentrasi di sekitar Benghazi, sekitar 1.000 kilometer (625 mil) timur ibukota, tempat dukungan tradisional untuk Gaddafi tmakin merosot di seluruh negeri.

Tidak ada tanda-tanda akan terjadinya pemberontakan nasional, sementara penduduk mengatakan kekerasan mulai menngkhawatirkan persediaan makanan.

"Masalah pasokan makanan mulai terpengaruh pada hari ini, dan terlihat antrian panjang untuk mendapatkan roti dan toko-toko roti menjatahkan pasokan. Kita tidak bisa membeli lebih dari setengah dinar senilai roti sehari," katanya.

Pemerintah belum mengumumkan apapun mengenai jumlah korban atau mengeluarkan komentar resmi berkenaan dengan kekerasan ini.

H-AK/S008

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011