Teheran (ANTARA News) - Para pemimpin oposisi Iran, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, ditangkap bersama istri mereka dan dijebloskan ke dalam penjara Heshmatiyeh Teheran, kata situs berita mereka, Senin.

"Beberapa sumber mengatakan bahwa mereka ditangkap dan dibawa ke penjara Heshmatiyeh di Teheran," kata situs Kaleme milik Mousavi, demikian AFP dan Reuters melaporkan.

Sumber-sumber pengadilan beium bisa dihubungi untuk diminta komentar mereka mengenai hal itu.

Kedua pemimpin itu ditangkap setelah sebelumnya Iran memperingatkan para pendukung gerakan oposisi agar tidak mengadakan protes Selasa yang bertujuan menuntut pembebasan pemimpin mereka.

"Setiap orang yang bertindak melawan hukum akan ditindak," kata jaksa agung Gholam Hossein Mohseni Ejeie, seperti dikutip di situs berita televisi pemerintah.

Ia menyampaikan hal itu untuk menanggapi seruan-seruan kelompok oposisi yang berencana mengadakan protes Selasa.

Situs-situs berita para pemimpin oposisi, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, Sabtu memasang seruan untuk mengadakan protes Selasa di Teheran dan kota-kota provinsi lain untuk mendesak pembebasan mereka dari penahanan rumah.

Seruan itu dikeluarkan oleh Dewan Koordinasi Jalur Harapan Hijau, sebuah kelompok yang mendukung kedua pemimpin yang terus menentang pemerintah Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu.

Kelompok itu, yang mengadakan protes-protes sebelumnya pada 14 dan 20 Februari, mengatakan, demonstrasi lebih lanjut akan diadakan pada 15 Maret jika Mousavi dan Karroubi tetap dikenai penahanan rumah setelah 1 Maret.

Mousavi dan Karroubi adalah calon-calon presiden yang kalah dalam pemilihan dua tahun lalu, namun mereka menganggap pemilu itu dicurangi.

Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan presiden Juni 2009 yang disengketakan itu.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Mousavi dan Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.

Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi pada 27 Desember 2009, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.

Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel, dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan, 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember 2009, menurut data resmi. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011