Dalam konsep kultural, memang ada aturan adat di Minang yang bertentangan dengan Hukum Positif NKRI, semisal aturan tanah yang dianggap oleh masyarakat kaum diperuntukkan hingga ke anak cucu sehingga
Padang (ANTARA News) - Persoalan lingkungan yang terjadi di Indonesia khususnya di Sumatera Barat sebetulnya dapat diatasi dengan mudah melalui kearifan lokal masing-masing daerah.

"Persoalan lingkungan bukanlah hal yang baru, namun akan mudah diatasi melalui kearifan lokal dari masyarakat di masing-masing daerah," kata  Guru Besar Studi Ilmu Lingkungan Unversitas Negeri Padang, Prof. Dr. Eri Barlian, M.Si baru-baru ini di Padang.

Di Sumbar, lanjutnya, kearifan lokal secara spesifik sudah terangkum pada petatah-petitih Minang yang memuat berbagai pelajaran penting terkait lingkungan.

"Dalam konsep kultural, memang ada aturan adat di Minang yang bertentangan dengan Hukum Positif NKRI, semisal aturan tanah yang dianggap oleh masyarakat kaum diperuntukkan hingga ke anak cucu sehingga muncullah konsep tanah ulayat atau tanah warisan nenek moyang," katanya.

Namun, dalam konteks kultural itu disebutkan bahwa tanah (lingkungan) diklasifikasikan berdasarkan potensinya masing-masing sehingga tidak berdampak pada kerusakan alam.

Ia mencontohkan, klasifikasi penggunaan lahan dibuat berdasarkan dampaknya terhadap lingkungan, seperti tanah yang datar diperuntukkan untuk perumahan, sedangkan yang lereng tidak boleh ditanami atau ditebang pohonnya.

"Pituah, petatah-petitih atau juga disebut kearifan lokal itu sangat berpihak pada kearifan lokal," katanya.

Saat ini, yang perlu dipertanyakan yakni bagaimana perilaku masyarakat terhadap lingkungan.

Untuk itu ia mendorong kepada Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) dan Pemerintah Sumbar, untuk mengembalikan konsep kearifan lokal berdasarkan petatah petitih itu untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

Katanya, pemerintah daerah dapat membuat regulasi berbasis budaya dan syara` sehingga wisatawan asing dan domestik tidak mengontaminasi nilai budaya itu melalui kebiasaan mereka saat berwisata.
(ANT/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011