Jakarta (ANTARA News) - Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Jakarta sejak diresmikan 9 November 1985 oleh HM Soeharto hingga kini mengemban amanah melayani seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan komitmen melayani kesehatan penduduk miskin, terbukti 70 pasiennya  dalam kategori masyarakat bawah atau warga miskin.

Direktur Utama RSJPD Harapan Kita Dr dr Anwar Santoso, SpJP(K) mengemuakkan hal itu di Jakarta, Rabu (9/3), di sela-sela kegiatan implementasi keterbukaan informasi publik (KIP).

Anwar Santoso menjelaskan, RSJPD Harapan Kita kini telah menjadi pusat unggulan pelayanan jantung dan pembuluh darah di Indonesia maupun Asia Pasifik.

"Sebanyak 70 persen pasien di RSJPD Harapan Kita adalah pasien Jamkesmas, Jamkesda, dan Askes PNS. Sisanya pasien yang mengeluarkan uangnya dari kantongnya sendiri," katanya.

Anwar menegaskan, mulai direksi hingga seluruh staf dibawahnya memiliki sikap dan komitmen yang jelas yaitu memberikan pelayanan prima kepada semua pasien yang datang tanpa melihat dari kalangan miskin atau kaya.     

"Tanpa ada tekanan dari siapa pun, tidak ada LSM pun kami sudah ada protap dan tidak ada yang menolak pasien. Jika ada perlengkapan administratif bisa disusulkan," tegasnya.

Sementara itu, Direktur Keuangan RSJPD Harapan Kita dr H Sofjan E Djailani, MARS, mengatakan kendala yang sering dihadapi pasien miskin tidak membawa persyaratan administrasi. "Hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat untuk membawa kartu Jamkesmas atau persyaratan adminstratif lainnya," ujarnya.

Namun, pihaknya tetap memberi toleransi kepada pihak pasien untuk mengurus persyaratan administratifnya. Selain itu, pasien miskin dari daerah sering menjadi beban rumah sakit. Sebab tidak semua daerah menanggung rakyat miskinnya.

"Sejumlah daerah menjamin kesehatan masyarakat miskin hanya 50 persen. Siapa yang separuhnya lagi, itulah yang menjadi beban rumah sakit. Tahun 2010 klaim kami Rp16,2 miliar. Tetapi bill yang ada sebesar Rp22,5 miliar, jadi kami harus menanggung Rp5,8 miliar," kata Sofjan.

Direktur Umum dan SDM RSJPD Harapan Kita Dr Iwan Dakota, MD mengatakan, RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat Jantung Nasional, mempunyai tugas membina dan membuat jejaring pelayanan jantung di tingkat regional. Meskipun saat ini belum optimal, namun 13 Pusat Jantung Regional yang dibangun semakin menunjukkan kemandiriannya untuk melakukan tindakan-tindakan untuk kasus yang ringan.

"Dengan demikian pasien yang ada di RSJPD Harapan Kita ini adalah pasien-pasien dengan kasus yang berat. Sehingga masyarakat pun dapat dilayani secara maksimal di rumah sakit daerah. Jangnan dianggap rumah sakit ini sebagai Puskesmas raksasa," katanya.
 
Direktur Medik RSJPD Harapan Kita Dr Tri Wisesa Soetisna, SpB, SpBTKV(K) menambahkan, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan RS King Faizal Ryadh untuk menganangi kasus kerusakan katub aorta.

"Kami sudah menangani tiga pasien, hasilnya baik. Dengan teknologi baru, tidak perlu memakai katub metal yang lebih berisiko. Jika memakai katub metal maka pasien harus makan obat pengencer darah, ini lebih berisiko," demikian Tri Wisesa.(*)

(R009/K004)   

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011