Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat terus memantau keselamatan TKI di Jepang setelah terjadi gempa berkekuatan 8,8 Skala Richter dan tsunami di negara itu.

"BNP2TKI masih berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan KBRI Tokyo untuk mengetahui kondisi para TKI pascagempa dahsyat di Jepang," kata Jumhur di Jakarta, Jumat.

Duta Besar RI untuk Jepang Muhammad Lutfi menyebutkan terdapat sekitar 20 ribu warga negara Indonesia (WNI) di Jepang dan saat ini sedang didata keberadaan mereka setelah terjadi gempa di daerah pesisir Pasifik Miyagi di Pulau Utama Honshu, Jepang.

Pihak KBRI Tokyo juga membuka layanan telepon "hotline" +81-90-3132-4994 dan Konsulat Jenderal RI di Osaka dengan nomor +81-6-6252-9827.

Sejak 2008 hingga 2010 pemerintah melalui BNP2TKI menempatkan 686 TKI formal terdiri atas 316 perawat di berbagai rumah sakit dan 370 perawat orang lanjut usia di Jepang melalui program kerja sama antarpemerintah (G to G) untuk masa kontrak kerja selama tiga tahun dengan gaji per bulan sebesar Rp17 juta hingga Rp20 juta di luar pemondokan.

"Semoga para TKI perawat selamat dalam keadaan baik," katanya.

Jumhur juga menggunakan akun twitter @jumhur hidayat untuk menyampaikan perkembangan setiap saat seputar penanganan TKI di Jepang.

Jumhur mengaku merasa gundah dengan keberadaan TKI di Jepang mengingat pada Jumat pagi dia menerima telepon dari Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kojiro Shiojiri yang menyampaikan hasil rapat kabinet pemerintahan Jepang yang memuji kinerja TKI.

"Dubes Jepang menyatakan pemerintah Jepang puas dan bangga terhad pekerjaan para TKI perawat selama bekerja di berbagai rumah sakit Jepang," katanya.

Pemerintah Jepang, katanya, akan memberi kesempatan lebih luas kepada para calon TKI perawat untuk bekerja di Jepang.

Untuk itu, bagi calon TKI perawat yang pada proses seleksi lalu tidak lulus ujian nasional bahasa Jepang dapat mengikuti ujian susulan pada kesempatan berikutnya sehingga tetap dapat bekerja di Jepang.
(ANT)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011