Yogyakarta (ANTARA News) - Peneliti geologi dari Universitas Gadjah Mada dan Kyoto University, Jepang, melakukan pemetaan aliran lahar dingin Gunung Merapi yang melewati Sungai Opak dan Gendol, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Kegiatan itu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi ancaman bahaya lahar dingin terhadap keberadaan kawasan Candi Prambanan," kata peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Bambang Widjaja Hariadi di Yogyakarta, Sabtu.

Dalam pengamatan tersebut, menurut dia, ditemukan endapan lahar yang berupa pasir, kerikil, dan bongkahan batu masih berada sekitar enam kilometer dari wilayah Candi Prambanan.

Selain itu, endapan material berupa pasir juga ditemukan di Sabodam Jabang Bayi di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, berjarak sekitar dua kilometer dari Candi Prambanan.

"Kondisi tersebut sampai saat ini belum mengkhawatirkan. Justru yang membahayakan jika sudah membawa bongkahan batu-batu besar," katanya.

Ia mengatakan, selama kondisi curah hujan yang turun relatif sama, diperkirakan 2-3 kali musim hujan yang bisa menyebabkan lahar dingin Merapi sampai ke Candi Prambanan.

Namun, jika kondisi curah hujan yang turun cukup ekstrem, ancaman tersebut akan tetap ada. Oleh karena itu, perlu memperdalam sungai.

"Selain itu, juga perlu meninggikan tanggul agar lahar tidak meluber ke pinggir sungai yang bisa mengancam rumah penduduk," katanya.

Peneliti dari Kyoto University Yoshitada Mito mengatakan, untuk mengetahui ancaman lahar dingin terhadap keberadaan Candi Prambanan dibutuhkan data kuantitaif dengan mengetahui topografi sungai, volume lahar, kecepatan aliran lahar, dan volume curah hujan.

"Penghitungan itu bisa mengetahui apakah lahar tersebut bisa sampai atau tidak ke candi, sehingga bisa diketahui berapa besar ancamannya," katanya.(*)

(L.B015*H010/H008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011