Jayapura (ANTARA News) - Ketua Komisi Penaggulangan AIDS (KPA) Papua, Constant Karma, mengatakan sunat atau sirkumsisi terbukti efektif menekan resiko penularan penyakit dari virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada laki-laki.

"Setelah saya mempelajari epidemi atau penularan HIV, negara-negara yang mempunyai budaya sunat terbukti penuluran HIV sangat rendah. Sedangkan negara yang tidak mengenal sunat sangat tinggi," kata Constant Karma, di Jayapura, Jumat.

Menurut dia, jika di bandingkan dengan jumlah penduduk, Papua memiliki jumlah HIV yang sangat tinggi karena pada umumnya masyarakat di daerah itu belum mengetahui pentingnya sunat.

"Saat ini saya dan beberapa dokter sedang genjar-genjarnya menggelar seminar serta kampanye tentang pentingnya sunat di kalangan masyarakat Papua. Hal itu dilakukan agar masyarakat bisa tahu, dengan melakukan sunat dapat membawa diri jauh dari HIV," ujarnya.

Dia menjelaskan, sunat terbukti bisa mencegah penyebaran HIV sampai dengan 60 persen.

"Jelas ini membuktikan, sunat sudah terbukti ampuh menekan resiko penularan HIV bagi perilaku seksual beresiko," jelasnya.

Dikatakannya, pada laki-laki yang disunat, bagian ujung kulit penis yang banyak mengandung reseptor penerima virus HIV sudah dipotong sehingga virus yang menempel menjadi lebih sulit masuk ke dalam tubuh.

"Bagian itu mengandung sel-sel langerhans yang mudah dimasuki HIV, kalau bagian ini dipotong maka virus jadi lebih sulit masuk, setidaknya pintu-pintu masuknya jadi berkurang," katanya.

Mengingat saat ini belum ada ditemukannya vaksin untuk menekan penularan HIV, ujar Constan, sunat merupakan cara/metode sederhana yang bisa dilakukan untuk menekan resiko penularan HIV dan bahkan akan bisa memberikan efek perlindungan lebih besar dibandingkan vaksin sekalipun jika nanti berhasil ditemukan.

"Jika dibandingkan, pemakaian vaksin tidak hanya di suntikan satu kali saja, harus berulang. Sedangkan sunat terbukti dapat menekan penularan hingga 60 persen dan dikerjakan hanya satu kali seumur hidup," tuturnya.

Dia berharap, kedepan pandangan atau pemahaman berbeda mengenai sunat di kalangan masyarakat Papua dapat terkikis.

"Memang butuh kerja keras untuk terus mengkampanyekan sunat ke masyarakat. Kami sadari itu tidak mudah, namun KPA bertekad menekan penularan HIV di Papua," katanya.(*)

(T.KR-ALX/M019)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011