Jakarta (ANTARA News) - Lebih dari satu juta ibu dan bayi yang baru dilahirkan menemui ajalnya setiap tahun akibat komplikasi saat kelahiran, padahal kondisi itu mudah dicegah gara-gara kekurangan bidan di seluruh wilayah dunia terus berkembang.

Satu laporan baru dari Save the Children, yang disiarkan Jumat (1/4), menyatakan bahwa di negara kurang maju di dunia ada lebih separuh ibu melahirkan tanpa bantuan orang yang terlatih.

Sementara itu, hanya dua persen kasus semacam itu terjadi di Inggris. Dan sebanyak dua juta perempuan menghadapi salah satu hari yang paling menakutkan selama hidup mereka.

Sebanyak 1.000 ibu dan 2.000 bayi yang baru dilahirkan meninggal setiap hari akibat kondisi tersebut. Sebanyak 350.000 lagi tenaga profesional terlatih diperlukan untuk menyelamatkan nyawa mereka, demikian antara lain isi laporan dengan judul "Missing Midwives" itu.

"Sebenarnya itu tidak rumit: seseorang yang mengetahui cara mengeringkan bayi secara betul dan menggosok punggungnya untuk membantunya bernafas dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati," kata Pelaksana Save the Children Justin Forsyth, sebagaimana dikutip wartawan Reuters, Emma Graham-Harrison.

"Tak boleh ada ibu yang melahirkan tanpa bantuan," katanya.

Dari delapan juta anak yang meninggal setiap tahun sebelum mereka berusia lima tahun. Bahkan , satu dari 10 anak tak sempat menyaksikan ujung hari pertamanya.

Namun, bidan yang cuma menjalani pelatihan prosedur kelahiran selama delapan bulan, termasuk membuat bayi tetap hangat dan memberinya makan, dapat dengan cepat memangkas jumlah kematian bayi yang baru dilahirkan hingga lebih dari sepertiga di 68 negara yang menghadapi angka kematian bayi paling banyak, kata laporan tersebut.

Sejarah menunjukkan kematian itu dapat dihindari. Perdana Menteri Inggris David Cameron telah menyoroti bagaimana penerapan program kebidanan nasional di Inggris pada 1930-an mengurangi angka kematian ibu hingga 80 persen dalam waktu 15 tahun.

Beberapa negara berkembang sekarang berjuang untuk atau meraih dukungan guna melaksanakan program serupa.

Di Afghanistan, yang memiliki risiko kematian tertinggi pada ibu dan bayi, jumlah kelahiran di desa yang prosesnya ditangani tenaga profesional terlatih naik dari enam persen jadi 19 persen antara 2003 dan 2006, kata Save the Children.

Sebanyak 2.400 bidan telah bergabung dalam kelompok tersebut dan 300 atau 400 lagi lulus pendidikan kebidanan setiap tahun, meskipun pada tahap itu, masih diperlukan waktu untuk mencapai angka yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia mengenai satu bidan untuk setiap 175 perempuan hamil.

Namun, laporan tersebut juga memperingatkan bahwa penyelesaian kekurangan itu bukan cuma akan memerlukan uang buat pendidikan dan sekolah pelatihan.

Bekerja sebagai bidan bukan profesi yang sangat menarik di banyak daerah. Meskipun ada tuntutan bagi layanan mereka, bidan di negara berkembang seringkali mendapat bayaran kecil tapi bekerja terlalu berat, atau harus bekerja di daerah terpencil bahkan berbahaya.

Sementara itu, negara kaya seringkali menarik pekerja kesehatan dari negara yang lebih miskin --baik melalui rekrutmen aktif maupun tidak-- sehingga perempuan sangat memerlukan malah kekurangan bidan.

"Tanpa itu, ibu dan bayi akan terus meninggal setiap hari, padahal itu tak perlu terjadi," kata Save the Children.
(Uu.Rtr/C003/A011)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011